Sisi lain Audrey Hepburn yang menjadi ‘mata-mata rahasia’ selama Perang Dunia Kedua

Sumber gambar, Getty Images
- Penulis, Christopher Luu
- Peranan, BBC Culture
Sebagai seorang remaja yang tumbuh besar di Belanda, aktris peraih Oscar Audrey Hepburn dengan berani menyampaikan pesan atas perlawanan negara itu selama pendudukan Nazi.
Dalam siniar BBC Radio 4 History’s Youngest Heroes, Nicola Coughlan, menyoroti kisah-kisah luar biasa tentang pemberontakan, bahaya, dan kekuatan radikal kaum muda yang telah mengubah dunia.
Episode terbaru berpusat pada Audrey Hepburn, yang menjadi ikon film dan mode pada 1950-an dan 1960-an.
Ia dinominasikan untuk lima Oscar dan memenangkan penghargaan aktris terbaik pada 1953 atas perannya di film komedi romantis, Roman Holiday.
Namun sebagai seorang remaja selama Perang Dunia Kedua, dia memainkan peran yang sangat berbeda—mementaskan pertunjukan balet rahasia dengan tujuan mengumpulkan uang bagi perlawanan Belanda terhadap pendudukan Nazi.
Akhir dari Artikel-artikel yang direkomendasikan
Hepburn lahir di Brussels pada 1929 dari pasangan seorang baroness (gelar kebangsawanan) Belanda, Ella van Heemstra dan seorang pengusaha Inggris-Austria, Joseph Hepburn-Ruston.
Di London, orang tuanya tertarik pada Oswald Mosley, pemimpin kelompok British Union of Fascists (BUF) yang terkenal antisemit dan penuh kekerasan.
Ella van Heemstra rajin menulis sebuah artikel untuk majalah BUF tentang apa yang dia lihat sebagai kejayaan Nazi Jerman.
Sementara sang suami Hepburn-Ruston memilih meninggalkan keluarganya saat Audrey berusia enam tahun.
Hepburn-Ruston kemudian ditangkap sebagai “rekan dari fasis asing” dan menghabiskan masa perang di penjara Inggris.

Sumber gambar, Getty Images
Robert Matzen adalah seorang penulis buku Dutch Girl yang mengisahkan kehidupan Audrey Hepburn selama Perang Dunia Kedua.
Ia bercerita seperti apa sosok Audrey kecil.
“Saat masa masih kecil, Anda tahu, Audrey seorang ekstrovert, suka tertawa, berakting,” kata Luca Dotti, putra bungsu aktris tersebut kepada Robert Matzen dalam wawancara untuk siniar BBC Radio 4.
“Kakek saya memanggilnya pecicilan seperti anak kera.”

BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

“Ibu Audrey lalu memutuskan bahwa Inggris secara umum dan Kent khususnya, bukanlah tempat bagi sang anak karena ancaman yang membayangi,” ujar Robert Matzen.
“Tapi tiba-tiba Jerman menyerbu Prancis dan melancarkan invasi ke Inggris.
Ella van Heemstra selanjutnya menarik sang putri keluar dari sekolah asramanya di Inggris.

Sumber gambar, Getty Images
Mereka pindah ke tanah milik keluarga di Belanda dan Audrey mendaftar di sekolah tari dengan nama yang lebih terdengar seperti orang Belanda: Adriaantje van Heemstra.
Meski belakangan, Audrey mengubah nama belakangnya menjadi Hepburn saat mulai berakting.
Sementara ibunya masih mengagumi Adolf Hitler dan meyakini bahwa dia tidak akan pernah menyerang negaranya, Belanda.
“Pindah ke Belanda bukan berarti pindah rumah. Dia tidak bisa berbicara bahasa Belanda,” tutur Dotti tentang pengalaman sang ibu di Belanda.

Sumber gambar, Getty Images
“Dia harus bersekolah di sekolah Belanda tanpa mengerti sepatah kata pun dari anak-anak baru yang mengolok-oloknya.”
Hitler akhirnya menyerbu dan menduduki Belanda pada Mei 1940.
“Front Timur bagaikan tungku api yang tidak bisa dimasuki dengan cepat.”
“Jerman membutuhkan makanan untuk pasukannya, mereka memerlukan pakaian, dan semuanya diambil dari Belanda serta negara-negara pendudukan lainnya,” jelas Robert Matzen menceritakan situasi saat itu.
Paman Hepburn, Pangeran Otto van Limburg Stirum, mengambil sikap tegas terhadap Nazi.
Pada 1942, sebuah kelompok perlawanan berusaha meledakkan kereta api Jerman di dekat Rotterdam.
Meskipun van Limburg Stirum tidak terlibat, dia ditangkap karena ia adalah tokoh anti-Nazi terkemuka.
Agen Nazi memboyongnya dan empat orang lainnya ke hutan, menembak mereka, dan membuang mayatnya ke kuburan yang tak bernama.

Sumber gambar, Getty Images
Audrey Hepburn mencintai pamannya sebagai ayah pengganti dan sangat terpukul oleh pembunuhan itu.
“Itu menjadi peristiwa nasional, titik pemicu bagi orang-orang Belanda,” sambung Matzen.
Nazi lantas mengalihkan makanan dan segala sumber daya dari Belanda.
Meskipun keluarga Audrey Hepburn memiliki hak istimewa, tapi keluarga van Heemstra tetap kelaparan.
Saat Audrey Hepburn berusia 15 tahun, ia diperintahkan untuk bergabung dengan Nazi Kulturkammer, sebuah serikat para seniman atau berhenti menari di depan umum.
Ia memilih untuk berhenti tampil.

Sumber gambar, Getty Images
“Lewat tari, dia bisa bermimpi, ia bisa terbang dan melupakan. Itulah cara dia melarikan diri dari kenyataan,” kata Dotti tentang hasrat ibunya.
Audrey Hepburn kemudian menari di rumah dengan aman karena tirai ditutup dan hanya lilin sebagai penerang—tujuannya agar dia tidak ketahuan.
Sebuah piano dimainkan dengan sangat lembut saat ia tampil—tetapi tidak ada suara tepuk tangan. Di akhir pertunjukan, uang dikumpulkan untuk kelompok perlawanan.
Dari balerina menjadi mata-mata
Pada musim semi 1944, Audrey Hepburn mengajukan diri sebagai asisten dokter Hendrik Visser ‘t Hooft, seorang anggota perlawanan.
Meskipun ibu Hepburn secara umum dianggap sebagai kolaborator Nazi, Hendrik Visser ‘t Hooft sangat membutuhkan bantuan untuk mendukung ribuan orang yang bersembunyi dari Nazi.
Ia cukup memercayai ibu Audrey untuk membawanya masuk.

Sumber gambar, Getty Images
Pada 17 September 1944, Audrey Hepburn sedang berada di gereja ketika nyanyian pujian itu terganggu oleh deru mesin.
Operasi Market Golden yang merupakan rencana Pasukan Sekutu merebut sembilan jembatan yang membentang di Sungai Rhine, telah dimulai dan ketika Audrey berlari keluar dan melihat ke atas, ribuan pasukan Sekutu sedang melayang turun dengan parasut.
Sayangnya, dua divisi Nazi yang bersenjata lengkap sedang berkumpul kembali di daerah itu.
Tank-tank Nazi meluncur di depan rumah Ella van Heemstra.
Audrey Hepburn dan keluarganya bersembunyi di ruang bawah tanah sementara pertempuran berkecamuk selama sembilan hari.
Saat mereka keluar, terdengar berita bahwa Nazi telah menang.
Audrey pun mendengar teriakan dari sebuah gedung tempat Nazi melakukan pembalasan: menyiksa dan membunuh anggota perlawanan Belanda.
Ketika penerbang Sekutu yang menuju Jerman harus melakukan pendaratan darurat di Belanda, Hendrik Visser ‘t Hooft mengirim Audrey Hepburn ke hutan untuk menemui seorang penerjun payung asal Inggris dengan menitipkan kata sandi dan pesan rahasia yang disembunyikan di kaus kakinya.
Ia berhasil menemui si penerjun payung, tapi saat keluar dari hutan, dia melihat polisi Belanda mendekat.
Dia langsung membungkuk seolah sedang memetik bunga liar, lalu dengan genit menunjukkannya kepada polisi. Mereka terpesona dan tidak menginterogasinya lebih lanjut.
Setelah itu, ia sering menyampaikan pesan untuk kelompok perlawanan.
“Ia sangat yakin bahwa ada pergulatan antara kebaikan dan kejahatan dan Anda harus memihak,” ujar Dotti.

Sumber gambar, Getty Images
“Orang Jerman tidak menganggap serius anak-anak. Sedangkan orang Belanda cukup praktis untuk melihat anak-anak, karena mereka tidak dicurigai melakukan apa pun, bisa jadi mereka adalah orang yang menyampaikan pesan, atau melakukan hal-hal penting untuk perlawanan…”
“Dan anak-anak menyukainya. Itu mengasyikkan, sekaligus berbahaya, dan mereka menjadi pahlawan,” jelas Matzen.
Pada Februari 1945, dilaporkan bahwa 500 orang Belanda mati kelaparan tiap pekan.
Seperti banyak orang lainnya, Audrey Hepburn dan keluarganya sangat kekurangan makanan.
Ia jatuh sakit parah: anemia, penyakit kuning, dan edema.
Dengan pertempuran sengit yang kembali terjadi di luar pintu rumah mereka, Audrey Hepburn dan keluarganya bersembunyi di ruang bawah tanah selama tiga minggu.
Akhirnya pada 16 April 1945, suasana menjadi sunyi.
Ia mencium bau tembakau, yang tidak mungkin diperoleh di Belanda selama perang.
Dia lantas menaiki tangga dari ruang bawah tanah dan membuka pintu dan melihat lima tentara Kanada merokok lalu mengarahkan senapan mesin ke arahnya.
Seketika, Audrey mulai berbicara kepada mereka dalam bahasa Inggris.
Salah satu dari tentara berteriak: “Kita tidak hanya membebaskan sebuah kota, kita telah membebaskan seorang gadis Inggris!”

Sumber gambar, Getty Images
Audrey Hepburn kemudian memberitahu putranya bahwa dia tidak pernah memaafkan sang ibu karena bersimpati pada kaum fasis.
Kala perang berakhir, ia memperoleh beasiswa ke Ballet Rambert di London.
Meskipun berbakat, kondisi tubuhnya rusak permanen akibat kekurangan gizi dan dia tidak punya stamina untuk menjadi balerina.
Sebagai gantinya, dia beralih ke dunia akting dengan peran-peran kecil di teater West End dan bermain di film-film seperti The Lavender Hill Mob.
Pada 1953, ia memenangkan peran utama pertamanya dalam film komedi romantis, Roman Holiday. Film ini meraih kesuksesan besar.

Sumber gambar, Getty Images
Selain Piala Oscar yang diraihnya untuk film itu, Audrey Hepburn terus meraih penghargaan Emmy, Grammy, dan Tony.
Sepanjang kariernya, ia terus menekuni pekerjaan amal, terutama sebagai duta besar untuk Unicef.
Audrey Hepburn meninggal pada 1993.
“Naluri Audrey diasah hingga ke titik yang sangat tajam oleh perang dan semua yang telah dia lalui, ia memiliki begitu banyak pengalaman untuk dimanfaatkan sehingga bisa menempatkan dirinya di berbagai karakter,” ujar Matzen.
Versi bahasa Inggris dari artikel ini, ‘She believed you have to take sides’: How Audrey Hepburn became a secret spy during World War Two, bisa Anda simak di laman BBC Culture.