Mengenang Muhsin Hendricks, ‘imam pertama di dunia yang mengaku gay’

Sumber gambar, AFP
- Penulis, Lebo Diseko
- Peranan, Koresponden agama global, BBC World Service
Mungkin sudah menjadi takdir Muhsin Hendricks—yang ditembak mati di Afrika Selatan pada akhir pekan lalu—untuk memimpin sebuah masjid.
Saat masih kecil, cucu seorang imam ini tahu bahwa dirinya ingin mempelajari Islam ketika sudah dewasa.
Yang tidak dia duga adalah dirinya juga menjadi suara kaum Muslim LGBTQ+ di negaranya, bahkan di seluruh Benua Afrika.
Dia adalah pria pendiam, tetapi saya bisa merasakan kekuatan dalam suaranya ketika kami berbicara pada 2019 silam.
Muhsin percaya bahwa penciptanya menerima dirinya apa adanya, termasuk seksualitasnya. Menurutnya, Islam adalah tentang menerima seseorang bukan sebaliknya.
Akhir dari Artikel-artikel yang direkomendasikan
Menurutnya, identitas seksualnya adalah bagian yang melekat pada dirinya. Jadi, tanya Muhsin, mengapa Allah akan mencela dirinya?
Lewat sambungan telepon, Muhsin berkeras bahwa People’s Mosque atau Masjid Rakyat bukan hanya untuk kaum gay.
Muhsin lebih suka menganggap masjid tersebut sebagai tempat yang ramah bagi semua orang, termasuk komunitas terpinggirkan seperti pekerja seks.
Di masjid itu, semua orang salat bersama. Bahkan, terkadang perempuan memimpin salat Jumat.
Ia percaya Al-Qur’an memberi ruang bagi semua orang untuk hidup berdampingan.
Namun, saat kami berbincang, masjid yang awalnya dibangun di rumahnya itu sedang mencari lokasi baru setelah mendapat tentangan dari sejumlah warga setempat.
Masa Muhsin mengaku sebagai gay
Lahir dalam keluarga Muslim taat, Muhsin tahu sejak usia dini bahwa ia berbeda dari anak laki-laki lain.
Dalam film dokumenter tahun 2022 berjudul The Radical, dia bercerita bahwa kakeknya pernah berkhotbah bahwa orang-orang seperti dirinya akan masuk neraka.

BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

Muhsin memang mencoba mengikuti harapan keluarganya, yakni menikahi seorang perempuan. Pernikahan itu berlangsung selama enam tahun. Mereka dikaruniai tiga orang anak, meski pernikahan tersebut berujung pada perceraian.

Sumber gambar, AFP
Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.
Klik di sini
Akhir dari Whatsapp
Setelah mengaku secara terbuka sebagai seorang gay pada tahun 1996, Muhsin mendirikan sebuah komunitas bagi kaum gay Muslim yang disebut “Inner Circle” atau “Lingkaran Orang-orang Terdekat”.
Ia kemudian memutuskan mendirikan tempat ibadah inklusifnya sendiri, setelah seorang teman mendengar khotbah yang mengutuk homoseksualitas.
Pada usia 21 tahun, Muhsin pindah ke Pakistan, tempat ia belajar Islam.
Ia berupaya memahami mengapa Allah mungkin menolaknya karena seksualitasnya.
Sebagai seorang gay, ia mencoba berdamai dengan kepercayaan yang dianut. Meski begitu, tidak semua orang setuju dengan pandangannya.
Pada 2022, Dewan Peradilan Muslim Afrika Selatan (MJC) mengatakan bahwa kaum Muslim yang menjalin hubungan homoseksual telah “menyingkirkan diri mereka dari ajaran Islam”.
Muhsin mencoba menanggapi hal ini lewat sebuah karya opini. Dia berpendapat bahwa tujuan hukum Islam adalah “melestarikan kehidupan, hak asasi manusia, martabat manusia, dan semua unit yang membentuk masyarakat”.
Kronologi kematian Muhsin
Muhsin Hendricks meninggal dunia pada Sabtu (15/02) pagi setelah mobil yang ditumpanginya di dekat Kota Gqeberha disergap.
“Dua tersangka tak dikenal dengan wajah tertutup keluar dari sebuah kendaraan dan mulai melepaskan beberapa tembakan ke kendaraan [yang ditumpangi Muhsin Hendricks],” papar dalam sebuah pernyataan.
Hendricks tewas setelah ia dilaporkan memimpin upacara pernikahan lesbian, meskipun hal ini belum dikonfirmasi secara resmi.
Rincian serangan terhadap Muhsin muncul melalui rekaman kamera pengawas (CCTV) yang dibagikan di media sosial.
Rekaman itu memperlihatkan sebuah mobil berhenti dan menghalangi kendaraan yang ditumpangi Hendricks. Menurut polisi, sang imam berada di kursi belakang.
Sudut rekaman CCTV memperlihatkan seseorang melompat keluar dari mobil, berlari ke kendaraan yang disergap dan menembak berulang kali melalui jendela penumpang belakang.
Yayasan Al-Ghurbaah milik Hendricks, yang mengelola masjid Masjidul Ghurbaah di pinggiran kota Wynberg, Cape Town, mengonfirmasi bahwa ia tewas dalam serangan pada Sabtu (15/02) pagi.
Muhsin ditentang tapi kematiannya diratapi
MJC menanggapi pembunuhan Muhsin dengan mengatakan bahwa meskipun “secara konsisten menyatakan bahwa posisi Muhsin tidak sesuai dengan ajaran Islam, kami dengan tegas mengutuk pembunuhannya dan segala tindakan kekerasan yang menargetkan anggota komunitas LGBTQ”.
Mereka juga mengatakan bahwa “sebagai anggota masyarakat yang demokratis dan pluralistik, MJC tetap teguh dalam mengadvokasi hidup berdampingan secara damai dan saling menghormati, bahkan di tengah pandangan yang berbeda”.
Bagi kaum Muslim gay di seluruh benua Afrika, Muhsin akan dikenang sebagai pelopor, yang menyampaikan pesan tentang Islam yang welas asih.
Itu adalah pendekatan yang menyiratkan bahwa Tuhan mencintai mereka terlepas dari siapa yang mereka cintai, tanpa memandang siapa diri mereka.