Makan buah jangan buang kulitnya – Lima cara memanfaatkan kulit buah dan sayur
- Penulis, Isabelle Gerretsen, Martha Henriques, Jocelyn Timperley, Lucy Sherriff dan Francis Agustin
- Peranan, BBC Future
Apakah Anda tahu bahwa kulit pisang bisa dimakan? Namun, sayangnya sebagian dari kita masih membuang kulit yang beratnya hampir sepertiga dari buah itu sendiri.
Faktanya, kulit pisang dan juga kulit banyak buah dan sayuran lain tidak hanya bisa dimakan, tetapi juga mengandung nutrisi bermanfaat.
Contoh, sekitar 20% dari buah jeruk adalah kulit. Pada 2018, sekitar 15,1 juta ton kulit jeruk dihasilkan, menurut sebuah penelitian. Berat ini setara dengan hampir 80.000 paus biru atau 2.500 pohon redwood raksasa.
Lalu buah kiwi yang berat kulitnya mencapai 9%-13%. Bahkan, kulit buah delima sama beratnya dengan jumlah seluruh bijinya.
Secara global, sekitar sepertiga makanan hilang atau terbuang. Jumlah itu mencapai 1,3 miliar ton per tahun.
Akhir dari Artikel-artikel yang direkomendasikan
Hilang dan terbuangnya makanan ini ternyata menyumbang 8% emisi gas rumah kaca global, bahkan lebih dari tiga kali lipat kontribusi penerbangan.
Bahan organik yang membusuk di tempat pembuangan sampah melepaskan metana, gas yang 80 kali lebih kuat daripada karbondioksida (CO2), selama rentang waktu 20 tahun.
Mengomposkan sisa makanan—alih-alih mengirimnya ke tempat pembuangan sampah—dapat membantu mengurangi jumlah metana yang dilepaskan ke atmosfer.
Namun, banyak dari apa yang kita anggap sebagai sampah sebenarnya dapat dimakan.
Dalam industri makanan, keinginan untuk memanfaatkan nutrisi dan energi dalam kulit buah hingga sayuran yang biasanya dibuang ini memang semakin meningkat.
Tapi, ada cara sederhana untuk melakukan pemanfaatan ini dari rumah kita masing-masing.
BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.
Mungkin salah satu cara termudah adalah menggunakan seluruh bagian buah dalam resep makanan kita, seperti roti sarapan dari buah dan kulit pisang.
Daripada membuang kulit buah dan sayuran, lebih baik manfaatkan bagian yang kaya nutrisi itu. Berikut adalah lima cara memasak kulit buah dan sayur yang terlalu sering dibuang.
Kulit jeruk
Setelah liburan Tahun Baru, semangkuk besar jeruk masih tersimpan di dapur saya. Daripada dibiarkan membusuk, saya mencoba untuk membuat selai jeruk untuk pertama kalinya.
Selai jeruk adalah makanan utama saya untuk sarapan di rumah. Saya selalu memulai hari dengan sarapan roti panggang yang dioles mentega dan selai jeruk, serta secangkir teh hangat.
Saya menemukan sebuah resep “makanan klasik Inggris yang dipopulerkan oleh Paddington Bear” di BBC Good Food. Kedengarannya enak dan sederhana.
Hanya ada tiga bahan yang dibutuhkan: jeruk (1,3 kg), perasan dua buah lemon, dan gula pasir dalam jumlah yang banyak (2,3 kg).
Namun, saya segera menyadari bahwa membuat selai jeruk tidaklah cepat atau sederhana. Butuh waktu hampir tiga jam untuk membuat dua stoples dan melibatkan beberapa langkah.
Dua jam dihabiskan untuk merebus dan menyaring jeruk sehingga mengeluarkan pektin, yaitu pati alami yang membantu selai jeruk mengeras.
Kemudian saya menambahkan gula dan irisan kulit jeruk, lalu merebus kembali campuran jeruk itu selama 20 menit.
Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.
Klik di sini
Akhir dari Whatsapp
Ternyata waktu yang saya habiskan jelas tidak cukup lama. Meskipun selai jeruk saya tampak dan terasa lezat (tidak terlalu manis atau terlalu pahit), selai tersebut masih terlalu encer.
Teksturnya tidak ideal untuk dioleskan pada roti panggang saya. Namun, saya telah menemukan pilihan sarapan baru yang juga tak kalah lezat: selai jeruk saya campur dengan yoghurt Yunani.
Saya juga masih punya beberapa jeruk yang tersisa. Saya pun memutuskan untuk membuat manisan dari kulit jeruk.
Baca juga:
Kulit jeruk dipotong lalu direbus dalam air mendidih selama 10 menit. Anda harus mengulangi proses ini tiga kali dan membilas kulit jeruk dengan air dingin untuk menghilangkan rasa pahit, sebelum mencampur gula dan air.
Manisan kulit jeruk itu lezat – camilan manis yang sempurna. Saya juga mendapatkan sirup jeruk lezat yang telah saya gunakan sebagai minuman.
Saya senang bahwa saya telah berhasil mengubah semangkuk jeruk menjadi empat makanan lezat: selai jeruk, manisan kulit jeruk, segelas jus dan sirup jeruk. Bonus tambahannya adalah dapur saya berbau luar biasa – dipenuhi aroma jeruk yang lezat.
Kulit nanas
Setiap kali makan nanas, saya merasa sangat boros. Terlalu banyak limbah dari bagian inti, kulit, dan bagian atas nanas, daripada buah yang dimakan. Kali ini saya mencoba memanfaatkan kulit nanas.
Tepache adalah minuman fermentasi Meksiko yang sudah ada sejak zaman pra-Hispanik. Minuman ini tidak hanya memanfaatkan kulit nanas yang biasa dibuat, tetapi juga merupakan sumber probiotik.
Resep ini menyenangkan – dan mudah – untuk dibuat, tetapi berhati-hatilah jika Anda menghindari alkohol.
Proses fermentasi berarti akan ada sedikit alkohol (meskipun biasanya kurang dari 1%, tergantung pada waktu fermentasi – semakin lama Anda memfermentasi minuman, semakin tinggi kandungan alkoholnya).
Saya menggunakan satu galon berukuran 3,8 liter, karet gelang besar, dan sepotong kain kasa untuk menutupi lubang stoples.
Pertama-tama saya mencuci dan mengupas kulit dari buah nanas. Kemudian saya memanaskan campuran air dan gula merah atau piloncillo (gula tebu tradisional yang tidak dimurnikan dari Meksiko).
Selanjutnya, saya masukkan inti dan kulit nanas ke dalam toples, dan tuang campuran gula dan air saat masih hangat.
Kemudian stoples itu saya tutup dengan kain kasa, atau kain tipis lain, bisa dari handuk kecil atau tisu dapur – pada dasarnya Anda menginginkan sesuatu yang dapat menghalau lalat tetapi tetap membiarkan udara masuk.
Selanjutnya, saya biarkan campuran tersebut berfermentasi. Saya disarankan untuk menjaga tepache pada suhu antara 21C-25C, dan terus memeriksanya.
Setelah 24-36 jam, Anda akan melihat busa putih di atasnya yang berarti sedang berfermentasi. Semakin lama Anda membiarkannya – semakin kuat rasanya.
Setelah siap, saya menyaring campuran itu. Cairannya lalu didinginkan ke kulkas. Ini akan jadi minuman yang menyegarkan di saat panas.
Kiat: Anda dapat menambahkan jahe, jeruk nipis, dan buah-buahan lain untuk menambah rasa. (Namun, jika Anda menambahkan unsur asam, seperti lemon atau jeruk nipis, jangan tambahkan hingga campuran siap karena akan memperlambat proses fermentasi.)
Kulit jahe
Kulit jahe juga sering dibuang sebagai sampah makanan.
Padahal kulitnyalah yang memberi jahe begitu banyak manfaat: kulitnya mengandung senyawa bioaktif yang memiliki sifat fitokimia yang mencakup efek antioksidan, antimikroba, dan antikanker.
Kulit jahe merupakan sumber serat dan vitamin yang kaya, termasuk vitamin C, kalsium, zat besi, dan lainnya.
Jadi, jika Anda tidak akan membuang kulitnya, bagaimana cara menggunakannya?
Anda dapat menggunakan jahe seperti biasa, dengan kulitnya yang masih menempel (sebenarnya, sangat sedikit resep yang secara khusus mengatakan Anda harus menggunakan jahe yang sudah dikupas), atau Anda dapat menggunakan kulitnya dalam resep lain.
Masukkan jahe ke dalam sup untuk menambah rasa (tetapi angkat sebelum disajikan).
Rebus jahe dengan air untuk membuat kaldu jahe, yang dapat disimpan di lemari es. Kaldu ini dapat ditambahkan ke smoothie, jus, koktail, air soda, atau digunakan untuk mengukus sayuran guna menambah rasa pedas.
Atau untuk mendapatkan rasa yang kaya, panggang kulit jahe dengan api kecil dan giling hingga menjadi bubuk (bisa menggunakan blender dengan alat penggiling kecil atau penggiling kopi).
Anda dapat menggunakan bubuk ini untuk menyeduh teh jahe yang lezat – pastikan Anda menyaringnya setelah diseduh. Bubuk ini juga dapat digunakan sebagai bumbu dalam memasak dan memanggang.
Kiat: cobalah menggunakan sendok untuk mengupas jahe, daripada alat pengupas.
Kulit labu madu
Banyak resep yang mengharuskan labu musim dingin, seperti labu madu, untuk dikupas dulu kulitnya sebelum digunakan. Padahal, kulit semua labu dapat dimakan, begitu pula bijinya. Keduanya merupakan sumber serat yang baik, vitamin dan senyawa bioaktif lainnya.
Saya biasanya menggunakan kulit labu madu tetapi membuang bijinya, karena tampaknya terlalu merepotkan untuk membersihkannya.
Tetapi saya ingin mencoba sesuatu yang berbeda. Jadi saya memutuskan memanggang kulit dan bijinya untuk membuat keripik renyah buatan sendiri untuk makan malam.
Saya mencuci labu madu dan mengeringkannya. Lalu bagian atas dan bawah labu saya potong. Setelah itu, saya menggunakan pengupas sayur dan pisau untuk mengiris kulitnya setipis mungkin (terutama pisau karena pengupas sayur tidak berfungsi dengan baik), yang memakan waktu sekitar 10 menit.
Saya mendapatkan campuran potongan-potongan dengan ukuran berbeda yang tampak ideal untuk keripik seukuran gigitan.
Selanjutnya, saya memotong labu madu yang telah dikupas secara memanjang dan mengeluarkan bijinya serta daging buahnya yang lembek dan berserat.
Saya menaruh labu dan kulitnya dalam wadah terpisah di lemari es semalaman, dan menggunakan labu yang sudah dikupas untuk membuat kari labu dan paneer.
Keesokan harinya ketika saya sedang membuat kopi dan merasa lapar, saya memisahkan biji dari daging buahnya. Saya takut dengan bagian ini, tetapi sebenarnya biji labu butternut mudah dipisahkan. Saya mencuci biji labu lalu membungkusnya dengan handuk teh bersih hingga kering.
Saya mencampur biji labu dan kulit labu dalam mangkuk dengan sedikit garam, paprika asap, jinten, dan serpihan cabai, lalu menambahkan sedikit minyak zaitun.
Saya memasak semuanya menggunakan alat panggang pada suhu 170C untuk menghindari gosong. Setelah 20 menit berlalu, biji dan kulit labu tampak bagus dan renyah.
Saya masih agak ragu saat itu – tetapi rasanya lezat. Keripik yang lebih kecil ternyata paling enak karena sangat renyah, dan biji labu memiliki rasa yang luar biasa.
Saya senang bisa memilih bumbu apa yang akan ditambahkan. Tetapi saya pikir kemampuan untuk menggunakan minyak zaitun yang membuat keripik ini jauh lebih enak daripada keripik yang dibeli. Keripik ini juga bisa menjadi tambahan yang fantastis untuk sup.
Namun, secara keseluruhan, rasanya memang merepotkan untuk makanan yang tak terlalu banyak. Lain kali saya akan memastikan untuk memisahkan dan mencuci biji labu terlebih dahulu, dan saya juga akan lebih jarang memeriksanya sekarang karena saya tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan, sehingga ini menjadi camilan yang lebih mudah.
Menggunakan pemanggan air fryer akan sangat berguna berguna, karena menyalakan seluruh oven untuk jumlah yang tak terlalu banyak akan terasa seperti pemborosan energi.
Saya benar-benar menikmati hasil akhirnya, dan merasa sangat mengenyangkan juga, dan saya pasti akan memasaknya lagi kapan pun saya mau mengupas labu.
Dan yang perlu diingat, kulit ini dapat disimpan di kulkas bersama dengan sisa sayuran lain yang dapat dimakan dan digunakan untuk membuat kaldu sayuran.
Kulit bawang
Tanpa pikir panjang, kita biasanya selalu mengupas dan membuang kulit bawang. Padahal kulit bawang ini bisa dimanfaatkan.
Saya pernah melihat di media sosial, sekelompok orang mengeringkan kulit bawang dan menggilingnya untuk menjadi bubuk. Saya pun memutuskan untuk mencobanya.
Saya menyisihkan lapisan luar bawang yang biasa kita buang untuk dijadikan “bubuk”.
Singkatnya, setelah beberapa jam mengeringkan bawang di oven, lalu memasukkannya ke dalam food processor, hasilnya mengecewakan.
Saya akhirnya menambahkan garam untuk meningkatkan rasa dan kemudian mencampur itu ke bumbu rempah-rempah umum untuk mengurangi rasa bawang.
Karena saya masih punya beberapa kulit bawang, saya mencoba cara yang sama sekali berbeda.
Seperti banyak kulit buah dan sayuran, kulit bawang mengandung zat kimia yang disebut flavonoid, yang memiliki sifat antioksidan dan antiperadangan.
Flavonoid ini dapat direbus dan diekstraksi dari sayuran, menghasilkan pewarna berwarna yang kuat.
Tanin (jenis molekul yang sama yang memberi rasa kering pada anggur) juga ditemukan di lapisan luar bawang. Rasa pahitnya menghalangi makhluk yang lapar mengontaminasi.
Namun, sama seperti tanin yang membuat noda anggur sulit dihilangkan, tanin dalam bawang juga dapat menjadi pewarna efektif untuk serat seperti katun dan linen, yang biasanya perlu diberi bahan dasar fiksatif yang disebut mordan untuk memastikan pewarna bertahan lama.
Pertama, saya mencuci kain (saya menggunakan kaus kaki bersih) dalam air hangat untuk menghilangkan minyak atau kotoran yang masih menempel, yang dapat menghambat efektivitas pewarna.
Setelah mengeringkan kain, saya memasukkan kulit bawang ke dalam panci logam besar dan ditambah sekitar dua cangkir air (jumlah pewarna dan air tergantung pada seberapa besar kainnya). Dengan api sedang, didihkan kulit bawang, dan biarkan larutan mendidih selama sekitar 15 menit, hingga air berubah menjadi warna kuning tua.
Saat kain hampir kering, matikan api dan angkat kulit bawang dengan sendok berlubang. Celupkan kain ke dalam larutan pewarna panas hingga seluruhnya tertutup dan biarkan selama 30 menit hingga satu jam. Tanpa memeras kain, biarkan di tempat yang dingin hingga kering. Jika warna kuning pada kain tidak cukup kuat, ulangi proses perendaman hingga mencapai warna yang diinginkan.
Saya sangat terkejut dengan hasil percobaan ini, dan berencana untuk mencobanya lagi. Kaus kaki saya berwarna jingga musim gugur, tetapi dengan penggunaan berbagai jenis bawang atau bahan pengikat, warna kain dapat berubah mulai dari kuning sawi cerah hingga hijau pinus yang kalem.