Teka-teki kasus pembunuhan selama 30 tahun yang terungkap berkat puntung rokok

Sumber gambar, Crown Office
- Penulis, Paul O’Hare
- Peranan, BBC News
Puntung rokok yang ditemukan di flat tempat tinggal Mary McLaughlin menjadi petunjuk pertama yang mengungkap identitas pembunuh perempuan tersebut, lebih dari 30 tahun setelah dia dicekik hingga tewas.
Profil DNA yang ditemukan pada puntung rokok dan simpul jubah cocok dengan identitas orang yang diduga membunuh ibu asal Skotlandia dengan 11 anak tersebut.
Temuan ini semula membingungkan detektif yang telah menyelidiki kasus yang tak terpecahkan selama tiga dekade itu.
Pasalnya, tersangka utama berada di penjara di Edinburgh ketika Mary, 58 tahun, ditemukan tewas di flatnya di Glasgow barat.
Namun, buku catatan sipir penjara mengonfirmasi bahwa Graham McGill, pelaku kejahatan seks berantai, sedang dalam pembebasan bersyarat ketika perempuan itu ditemukan tewas terbunuh.
McGill mengungkapkan bahwa dia kembali ke selnya hanya beberapa jam setelah meninggalkan rumah Mary pada dini hari, pada 27 September 1984.
Pembunuhan Mary
Film dokumenter BBC terbaru, Murder Case: The Hunt for Mary McLaughlin’s Killer, mengisahkan penyelidikan misteri kasus pembunuhan Mary yang belum terpecahkan, serta dampak pembunuhan tersebut terhadap keluarganya.
Ilmuwan forensik, Joanne Cochrane, berkata: “Ada beberapa pembunuhan yang melekat dalam ingatan Anda.”
“Pembunuhan Mary adalah salah satu kasus yang belum terpecahkan paling mengganggu yang pernah saya tangani.”

BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

Mary menghabiskan malam terakhirnya dengan minum-minum dan bermain domino di sebuah pub.
Dia meninggalkan bar sendirian, antara pukul 22.15 dan 22.30, dan berjalan kaki kurang dari 2 kilometer ke flatnya.
Di tengah jalan, ia memasuki sebuah toko keripik. Di sana ia bercanda dengan staf toko itu sambil membeli keripik dan rokok.
Seorang sopir taksi kemudian menceritakan bahwa ia melihat seorang pria mengikutinya saat ia berjalan tanpa alas kaki di jalan sambil memegang sepatu di tangannya.

Sumber gambar, Firecrest
Urutan kejadian yang menyebabkan McGill berakhir di flat Mary tidak diketahui. Namun begitu, tidak ada bukti bahwa pintu flatnya dibuka paksa.
Begitu masuk, si pembunuh dengan kejam menyerang perempuan itu, yang usianya dua kali lebih tua darinya.
Saat itu telepon seluler belum ada, dan Mary tidak sering berhubungan dengan keluarga besarnya.
Seminggu sekali, salah satu putranya, Martin Cullen, mengunjunginya.
Namun, ketika pria yang kala itu berusia 24 tahun itu tiba di apartemen Mary pada 2 Oktober 1984, ia mencium “bau yang sangat menyengat.”
Mary ditemukan meninggal di dalam apartemen, tergeletak telentang di atas kasur tanpa seprai.
Gigi palsunya tergeletak di lantai dan gaun berwarna hijau yang dikenakannya ke pub dikenakan secara terbalik.

Sumber gambar, Firecrest
Mantan detektif, Iain Wishart, menggambarkan tempat kejadian perkara itu “sangat mengerikan”.
Autopsi menyimpulkan Mary sudah meninggal dunia setelah dicekik setidaknya lima hari sebelumnya.
Detektif kemudian mengumpulkan lebih dari 1.000 keterangan pada bulan-bulan berikutnya, tetapi pernyelidikan pembunuhan Mary menemui jalan buntu.
Keluarga Mary kemudian diberitahu bahwa penyelidikan kasus pembunuhan itu telah ditutup pada tahun berikutnya.
Namun seorang agen Departemen Investigasi Kriminal mengingatkan putri Mary, Gina McGavin, untuk tidak kehilangan harapan.
Kecurigaan dan temuan baru

Sumber gambar, Firecrest
Mary memiliki 11 anak dengan dua pria dan cukup populer di lingkungannya.
Putrinya, Gina, mengatakan dalam film dokumenter itu bahwa ada ketegangan ketika ia Mary ditemukan meninggal dunia.
Dia berkata: “Saya pikir ada pembunuh yang bersembunyi di keluarga kami.”
Gina, yang menulis buku tentang pembunuhan ibunya, mengatakan dia melaporkan kecurigaannya ke polisi.
Ia menambahkan: “Saudara-saudara saya berpikiran sama seperti saya pada 1984.”
“Bahwa salah satu putranya sendiri terlibat [pembunuhan] atau mengetahui sesuatu yang lain, tetapi kami tidak dapat membuktikan apa pun.”

Sumber gambar, Crown Office
Pada 2008, empat investigasi terpisah gagal menetapkan profil tersangka.
Investigasi kelima dimulai pada 2014 dan pengujian DNA dilakukan di Scottish Crime Campus (SCC) di Gartcosh, Skotlandia.
Sampai saat itu, para ahli menganalisis 11 sampel DNA, namun teknologi yang lebih baru mampu mengidentifikasi 24 sampel DNA.
Hal itu secara dramatis meningkatkan peluang para ilmuwan untuk mendapatkan hasil dari sampel yang lebih kecil atau berkualitas rendah.
Tom Nelson, kepala forensik Otoritas Kepolisian Skotlandia, mengatakan pada 2015 bahwa teknologi akan memungkinkan “kita untuk kembali ke masa lalu, dengan potensi untuk memberikan keadilan kepada mereka yang hampir putus asa”.
Puntung rokok yang memberikan jawaban
Sampel yang dikumpulkan pada 1984 meliputi helai rambut Mary, kuku, dan puntung rokok.
Joanne Cochrane, seorang ilmuwan forensik yang bekerja di SCC, diminta untuk meninjau bukti tempat kejadian perkara yang telah disimpan dalam kantong kertas selama 30 tahun.
“Saat itu, profil DNA belum diketahui.”
Mereka yang mengemban tugas menjaga bukti-bukti ini “tidak mengetahui potensi benda-benda ini. Mustahil mengetahui nilai yang dimilikinya.”
Namun Cochrane menambahkan tim peneliti memiliki “wawasan ke depan yang luar biasa” dalam merawat bukti-bukti .

Sumber gambar, Firecrest
Temuan itu akhirnya diketahui berkat puntung rokok yang ditinggalkan di asbak di meja kopi di ruang tamu.
Hal ini menjadi perhatian khusus bagi tim penyelidik kasus yang belum terpecahkan ini karena merek roko yang disukai Mary adalah Woodbine.
Cochrane mengatakan ia yakin bahwa kemajuan teknologi akan memungkinkannya memperoleh jejak DNA.
“Kami mengalami momen Eureka saat puntung rokok, yang sebelumnya tidak memberi kami profil DNA, kini memberi kami profil DNA pria yang lengkap.”
“Itu adalah bagian pertama ilmu forensik yang memiliki nilai bukti signifikan dalam kasus ini.”

Sumber gambar, Firecrest
Informasi tersebut dikirim ke basis data DNA Skotlandia dan dibandingkan dengan ribuan profil narapidana.
Hasilnya sampai ke Cochrane melalui dokumen yang dikirim via email.
Dia segera menggulir ke bawah dan melihat tanda X di samping kotak: “Cocok.”
“Itu adalah momen yang membuat bulu kuduk merinding,” kata sang ahli.
“Formulir itu mengidentifikasi seseorang bernama Graham McGill, yang dijatuhi hukuman serius atas pelanggaran seksual.
“Setelah lebih dari 30 tahun, kami menemukan individu yang cocok dengan profil DNA tersebut.”
Teka-teki baru
Namun terobosan yang telah lama ditunggu-tunggu itu berubah menjadi kekacauan ketika terungkap bahwa McGill—yang divonis penjara karena pemerkosaan dan percobaan pemerkosaan—berada di penjara ketika Mary dibunuh.
Catatan menunjukkan dia tidak dibebaskan sampai 5 Oktober 1984, sembilan hari setelah perempuan dinyatakan meninggal dunia.
Mantan Sersan Kenny McCubbin ditugaskan untuk memecahkan misteri itu.
Dan Cochrane diberitahu bahwa bukti forensik lebih lanjut diperlukan untuk membangun kasus yang meyakinkan.

Sumber gambar, Firecrest
Pencarian itu menghasilkan bukti lain: jubah yang digunakan untuk mencekik Mary.
Cochrane yakin bahwa kemungkinan besar orang yang mengencangkan simpul tersebut telah menyentuh bagian bahan yang tersembunyi di dalamnya.
Di bawah cahaya lampu neon di laboratoriumnya, ia perlahan melepaskannya, sedikit demi sedikit, untuk memperlihatkan jaringan itu untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga dekade.
“Kami menemukan bukti kunci, DNA Graham McGill,” kata Cochrane.
“Dia telah mengikatkan ikatan itu di leher Maria dan membuat simpul-simpul itu untuk mencekik Maria.”

Sumber gambar, Google
Jawaban terbaru
Jejak air mani McGill juga ditemukan pada gaun berwarna hijau yang dikenakan Mary.
Namun McCubbin mengatakan dalam film dokumenter itu bahwa bukti forensik saja tidak cukup untuk mengamankan hukuman.
“Tidak masalah DNA apa yang kita miliki,” katanya.
“Dia punya alibi yang sempurna. Bagaimana dia bisa melakukan pembunuhan jika dia berada di penjara?”
Catatan sulit ditemukan, karena Penjara Edinburgh sedang dibangun kembali pada saat pembunuhan itu dan banyak dokumen telah hilang.
Namun pencarian McCubbin membawanya ke Arsip Nasional Skotlandia, yang terletak di jantung kota Edinburgh, tempat ia menemukan buku harian sipir.
Sebuah catatan mengubah segalanya.
Di sebelah nomor penjara muncul nama “G McGill” dan inisial “TFF”.
Mantan sersan itu berkata: “Itu adalah pelatihan menjelang dibebaskan, yang berarti cuti akhir pekan di rumah.”
Tim investigasi menemukan bahwa McGill telah mengambil cuti akhir pekan selama dua hari, ditambah tiga hari cuti pra-pembebasan bersyarat, dan kembali ke penjara pada tanggal 27 September 1984.
Dalam kata-kata mantan penyelidik Mark Henderson: “Itulah bongkahan informasi yang kami cari.”

Sumber gambar, Policía de Escocia
Saat itu, dia masih diawasi sebagai pelaku kejahatan seks dan bekerja sebagai produsen di sebuah perusahaan.
Gina mengatakan berita itu melegakan, dan menambahkan: “Saya tidak pernah menyangka akan melihat ini seumur hidup saya.”
McGill akhirnya dinyatakan bersalah setelah sidang selama empat hari pada April 2021 dan dijatuhi hukuman minimal 14 tahun penjara.
Hakim Lord Burns mengatakan kepada Pengadilan Tinggi di Glasgow bahwa McGill berusia 22 tahun ketika ia mencekik Mary, tetapi baru diadili saat berusia 59 tahun.
Ia menambahkan: “Keluarganya harus menunggu selama ini untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas tindakan ini, mengetahui bahwa siapa pun yang melakukannya kemungkinan besar masih bebas.”
“Mereka tidak pernah kehilangan harapan bahwa suatu hari mereka akan mengetahui apa yang telah terjadi padanya.”