KUBET – Cek kesehatan gratis di sejumlah puskesmas ‘sepi peminat’ – ‘Saya belum daftar, takut kuota internet tersedot’

Cek kesehatan gratis di sejumlah puskesmas ‘sepi peminat’ – ‘Saya belum daftar, takut kuota internet tersedot’

Petugas puskesmas melayanai peserta Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) di Puskesmas Pulo Gadung, Jakarta, Senin (10/2/2025).

Sumber gambar, ANTARA FOTO

Keterangan gambar, Petugas puskesmas melayanai peserta Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) di Puskesmas Pulo Gadung, Jakarta, Senin (10/02).

Sejumlah pakar kesehatan masyarakat menilai Cek Kesehatan Gratis (CKG) sebaiknya berkelanjutan alias tidak berhenti di lima tahun pemerintahan Prabowo Subianto.

Sebab program pencegahan penyakit merupakan “investasi jangka panjang” yang bisa meringankan pembiayaan negara di masa mendatang.

Namun demikian, para pakar juga bilang tantangan terbesar untuk program ini adalah bagaimana mengubah pola pikir masyarakat yang selama bertahun-tahun hanya akan datang ke fasilitas kesehatan ketika sudah jatuh sakit.

Berdasarkan pantauan BBC News Indonesia di sejumlah puskesmas seperti Palembang, Sumatra Selatan dan Makassar, Sulawesi Selatan, antusiasme warga sangat minim.

Beberapa orang mengaku belum mengetahui adanya program ini.

Sebagian lainnya terkendala akses teknologi lantaran syaratnya harus mendaftar secara online di aplikasi SATU SEHAT.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, mengakui sosialisasi untuk CKG belum meluas.

Bagi masyarakat yang kesulitan mengakses internet dan sejenisnya dapat langsung mendatangi puskesmas dengan membawa KTP, kata Aji.

Berapa puskesmas dan klinik yang dikerahkan?

Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) perdana dimulai Senin (10/02) serentak di seluruh puskesmas di Indonesia.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, mengatakan program ini akan menargetkan 287 juta orang dengan total anggaran yang mencapai Rp4,7 triliun.

Untuk memenuhi sasaran itu, Kemenkes mengeklaim mengerahkan setidaknya 10.000 lebih puskesmas dan 15.000 klinik swasta.

Cek kesehatan gratis ini akan diberikan ketika masyarakat berulang tahun.

Bagi yang berulang tahun, cek kesehatan bisa dilakukan mulai dari tanggal ulang tahunnya hingga sebulan berikutnya.

Seorang pasien menunjukkan e-tiket dari aplikasi SatuSehat untuk melakukan pendaftaran saat pelaksanaan program Cek Kesehatan Gratis di Puskesmas Lamper Tengah, Semarang, Jawa Tengah, Senin (10/2/2025).

Sumber gambar, ANTARA FOTO

Keterangan gambar, Seorang pasien menunjukkan e-tiket dari aplikasi SatuSehat untuk melakukan pendaftaran saat pelaksanaan program Cek Kesehatan Gratis di Puskesmas Lamper Tengah, Semarang, Jawa Tengah, Senin (10/02).

Sementara itu khusus yang berulang tahun pada Januari, Februari, Maret, diperbolehkan melakukan CKG hingga April 2025.

Sebab program ini baru berjalan pada pertengahan Februari.

Bagaimana cara daftar cek kesehatan gratis?

Pertama, melalui aplikasi SATU SEHAT pengguna harus mendaftar dan mengisi profil lengkap terlebih dahulu.

Di situ warga diminta mengisi identitas lengkap, memilih tanggal pemeriksaan, memilih lokasi puskesmas sesuai domisili, dan mendapatkan tiket cek kesehatan gratis.

Bagi anggota keluarga yang belum memiliki ponsel, termasuk usia anak maupun lansia, bisa ikut ditambahkan dalam SATU SEHAT keluarga yang bersangkutan.

“Kenapa kita mendorong lewat SATU SEHAT, karena bisa dilihat nanti laporan kesehatannya, jadi dia tahu informasi dari hasil skrining [identifikasi dini penyakit berdasarkan serangkaian tes dan pemeriksaan] itu,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Aji Muhawarman.

Kedua, bisa dengan WhatsApp Kemenkes ke nomor 0811 10500567.

Warga akan diarahkan memilih menu cek kesehatan gratis, terus mengikuti petunjuk selanjutnya untuk pendaftaran sampai mendapatkan tiket cek kesehatan gratis.

Adapun masyarakat yang tidak punya ponsel atau akses internet bisa datang langsung ke puskesmas setempat dengan membawa identitas Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK).

“Yang penting orang mau dulu datang dan diperiksa kesehatannya,” tegasnya.

Setelah skrining apa selanjutnya?

Dari hasil skrining kesehatan itu, kata Aji Muhawarman, ada dua hal utama.

Pertama jika hasilnya normal maka akan dianjurkan untuk tetap melakukan hidup bersih dan sehat, menjaga pola makanan, istirahat, dan lain sebagainya.

Kedua, kalau ada potensi penyakit atau pada saat itu diketahui mengidap suatu penyakit, maka akan ditangani langsung oleh petugas kesehatan di puskesmas.

“Bisa dikasih obat, jadi enggak cuma kita cek terus sudah stop,” jelasnya.

Sejumlah peserta peserta Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) antre di Puskesmas Pulo Gadung, Jakarta, Senin (10/2/2025).

Sumber gambar, ANTARA FOTO

Keterangan gambar, Sejumlah peserta peserta Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) antre di Puskesmas Pulo Gadung, Jakarta, Senin (10/02).

“Tapi kalau dicek, didiagnosis ternyata butuh perawatan lebih lanjut, maka akan dirujuk ke RSUD atau RSU terdekat yang memang bisa menangani hal tersebut. Jadi enggak akan didiamkan.”

Kalau situasinya demikian, dia menyarankan setiap orang untuk sudah terdaftar dalam BPJS Kesehatan sehingga memudahkan proses pengobatan.

“Kita sarankan kalau sudah pernah terdaftar, ya diaktifkan lagi. Kalau enggak ya pilihannya pakai asuransi swasta atau bayar secara mandiri.”

Apa tujuan program ini?

Aji Muhawarman menuturkan layanan CKG diberlakukan sebagai tindakan pencegahan agar tidak terjadi sakit.

Meski diakuinya untuk mengajak orang-orang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan tidaklah mudah.

Selama bertahun-tahun masyarakat terbiasa datang ke puskesmas, klinik, atau rumah sakit ketika sudah jatuh sakit.

“Paradigma ini yang agak susah dan ingin kami bangun. Jangan tunggu sakit, cek sekarang,” ucap Aji Muhawarman.

cek kesehatan gratis

Sumber gambar, ANTARA FOTO

Keterangan gambar, Menko Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar (kedua kanan) melihat tenaga kesehatan melakukan skrining awal seorang warga yang berulang tahun saat peluncuran program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) di Puskesmas Ciater, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin (10/02).

Catatan Kemenkes sebagian besar kasus kematian yang terjadi di Indonesia merupakan kasus yang dapat dicegah.

Pada kelompok usia bayi, penyebab kematian terbesar di antaranya gangguan neonatal berarti gangguan pada kondisi normal tubuh, organ, dan fungsi abnormal bayi baru lahir; cacat lahir; infeksi akibat transmisi penyakit seperti HIV; dan infeksi saluran pernapasan bawah.

Pada anak-anak adalah gangguan neonatal, cacat lahir, diare, infeksi saluran pernapasan bawah, demam berdarah.

Untuk remaja kasus penyebab kematian terbesar antara lain kanker, tuberkulosis, tifus, sirosis dan penyakit hati kronis lainnya, termasuk perilaku menyakiti diri sendiri.

Di kalangan usia produktif kasusnya adalah kanker; penyakit jantung, stroke, infeksi saluran pernapasan bawah, diabetes melitus, dan tuberkulosis.

Bagi lansia kasus terbesar antara lain penyakit jantung, kanker, diabetes melitus, penyakit paru obstruktif kronis, sirosis dan penyakit hati kronis lainnya, serta tuberkulosis.

“Ternyata sekarang kalau lihat pasien sudah banyak kena penyakit tidak menular dan kematiannya bisa lebih tinggi dari Covid,” paparnya.

“Tapi enggak sadar karena itu tadi [tidak ada kesadaran]. Kalau merasa sehat, nanti-nanti aja cek, tahu-tahu kolaps.”

Siapa yang paling disasar dari layanan ini?

Kalau merujuk pada situasi kesehatan di Indonesia tahun 2023, baru 39,8% masyarakat yang telah melakukan skrining penyakit tidak menular.

Penduduk berusia di atas 20 tahun: sebanyak 80,82% tidak pernah mengukur lingkar perut, 62,6% tidak pernah periksa gula darah, 61,6% tidak memeriksa kolesterol, 36,61% tidak pernah memantau berat badan, dan 32,6% tidak pernah mengukur tekanan darahnya.

Aji Muhawarman berkata mayoritas warga yang jarang mengecek kesehatannya berasal dari kalangan menengah ke bawah.

cek kesehatan gratis

Sumber gambar, ANTARA FOTO

Keterangan gambar, Seorang warga yang berulang tahun menunjukkan aplikasi pemeriksaan kesehatan gratis saat peluncuran program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (CKG) di Puskesmas Ciater, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin (10/02).

Itu kenapa program CKG ini bakal memprioritaskan mereka.

“Sebenarnya yang ingin kami prioritaskan di sasar itu kelompok menengah ke bawah yang sedianya bisa menikmati layanan tersebut,” tuturnya.

Kayak tukang ojek, itu kan boro-boro tes darah, ukur tensi aja enggak pernah rasanya.”

“Jadi harapannya memang yang belum pernah sama sekali.”

Tapi lebih dari itu, pemerintah berharap dengan adanya CKG maka bisa menurunkan tingkat kesakitan bahkan kematian akibat penyakit tidak menular.

Meskipun ketika program ini digulirkan, Kemenkes belum memiliki besaran targetnya.

“Itu nanti akan kami kaji lagi, hitung lagi berapa sih sebenarnya dengan intervensi ini bisa mencapai target tersebut.”

Sampai kapan program ini berlangsung?

Sejauh ini Kemenkes menyatakan program pemeriksaan kesehatan gratis untuk lima tahun saja atau selama periode pemerintahan Prabowo Subianto.

Namun, tidak menutup kemungkinan untuk jangka panjang.

Yang pasti, kata Aji, setiap tahun masyarakat bisa mengakses layanan ini di tiap hari ulang tahunnya.

Seperti apa pelaksanaan cek kesehatan gratis?

Di Puskesmas Makrayu, Palembang, Sumatra Selatan, setidaknya ada 15 warga yang memanfaatkan layanan cek kesehatan gratis.

Dokter Fungsional Puskesmas Makrayu, Bella Nurindalia, menuturkan program ini sudah disosialisasikan sejak dua pekan lalu. Namun lebih digencarkan lagi tiga hari belakangan khususnya di media sosial.

Di hari perdana, belasan orang yang memeriksakan kesehatan tersebut berusia antara 20 tahun hingga 50 tahun dengan diagnosa menderita diabetes hipertensi sampai gejala awal penyakit paru akibat rokok.

Seorang warga Ilir Timur II, Agus Winarni, mengaku akan mencoba mendaftarkan nama anaknya yang berusia 15 tahun ke aplikasi SATU SEHAT. Pasalnya sang anak berulang tahun pada bulan ini.

Puskesmas di Palembang, Sumatra Selatan, masih sepi warga yang cek kesehatan gratis.

Sumber gambar, Nefri Inge

Keterangan gambar, Puskesmas di Palembang, Sumatra Selatan, ada belasan warga yang cek kesehatan gratis.

‘Saya belum daftar, takut kuota internet tersedot’

Sayangnya saat hendak daftar, jaringan internet di rumahnya tidak lancar.

“Kami terbatas kuota internet, takut tersedot banyak kalau unduh aplikasi itu, memori handphone juga berat. Maunya cari wifi gratisan dulu, biar kuota internet untuk sekolah anak tidak tersedot,” ujar ibu rumah tangga ini.

Rencananya, perempuan 44 tahun ini akan mendatangi langsung Puskesmas Sabokingking pada Selasa (11/02) bersama anak sulungnya itu. Sebab jarak rumah dengan puskesmas tidak terlalu jauh.

Dengan datang langsung, dia berharap ada cara lain untuk bisa mendaftarkan sang anak tanpa harus mengunduh aplikasi SATU SEHAT.

Selain anak, Winarni juga berencana untuk memeriksakan dirinya ke puskesmas. Ia bilang pengecekan kesehatan seperti ini baru pertama kali dirasakannya.

Dia biasa ke puskesmas kalau benar-benar sakit.

“Saya ulang tahunnya Agustus, masih lama, jadi mendahulukan anak dulu.”

‘Saya orang tua gaptek, minta tolong sepupu untuk daftar’

Lewati Whatsapp dan lanjutkan membaca

Akun resmi kami di WhatsApp

Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.

Klik di sini

Akhir dari Whatsapp

Di Semarang, Jawa Tengah, ada sekitar 881 puskesmas yang tersebar di 35 kabupaten/kota menggelar layanan pemeriksaan kesehatan gratis.

Setiap hari, puskesmas diberi batasan memeriksa kesehatan untuk 30 orang mulai dari balita sampai lansia.

Seorang warga Kampung Pelangi, Endang (60 tahun) mengaku sempat kesulitan mendaftar karena gagap teknologi.

“Saya tahu program ini baru kemarin, daftar di aplikasi dulu, memang saya orang tua maaf gaptek [gagap teknologi]. Minta tolong sepupu terus mengisi data di aplikasi… langsung bisa kesini [Puskesmas Pandanaran Semarang],” tuturnya.

Pria sepuh ini mengaku mulai mengantre sejak jam 08.00 pagi karena puluhan warga juga hendak memeriksakan kesehatan seperti dirinya.

Kendati begitu, ia mengaku tak masalah dan merasa terbantu dengan adanya layanan tersebut.

“Sangat bermanfaat soalnya kalau kita cek kesehatan sendiri juga biayanya mahal apalagi keseluruhannya,” ucapnya yang mengaku baru pertama kali melakukan pemeriksaan kesehatan.

Suasana Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) di Puskesmas Pandanaran Kota Semarang, Senin (10/02).

Sumber gambar, KAMAL

Keterangan gambar, Suasana Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) di Puskesmas Pandanaran Kota Semarang, Senin (10/02).

Warga lainnya yang tinggal di Mugasari, Krisna Mukti (27 tahun) tidak mengalami kesulitan apapun saat proses pendaftaran.

Selama pengecekan kesehatan, ia bercerita dilakukan pemeriksaan mulai dari tensi fisik, gula darah hingga edukasi gizi.

“Sebenarnya bagus, saya sendiri rutin. Bagi yang enggak rutin dan tidak punya kesadaran tinggi itu sangat membantu,” ujarnya.

Pemuda ini juga bilang sangat terbantu dengan CKG sebab bisa menghemat biaya yang biasa dia keluarkan tiap kali cek kesehatan yakni antara Rp600.000 hingga Rp1 juta.

Di puskesmas lain, Puskesmas Miroto, kondisinya tak seramai yang diharapkan.

Hanya terdapat empat orang yang hadir dalam pemeriksaan kesehatan gratis.

Kepala UPTD Puskesmas Miroto, Dien Hasana, mengatakan telah melakukan sosialisasi perihal program tersebut hanya saja minat masyarakat yang masih minim sehingga belum maksimal.

Selain itu, masyarakat juga masih banyak yang belum tahu soal syarat-syarat apa saja yang diperlukan ketika mengikuti CKG.

“Kendala kami kemarin itu masyarakat belum semuanya ngeh dengan waktu yang diperlukan. Karena pemeriksaan ini tidak sebentar, berbeda dengan di rumah sakit,” ungkapnya.

Persoalan sosialisasi ini diamini warga Poncol, Sri Suharyanti yang berprofesi sebagai tukang parkir.

Perempuan paruh baya tersebut mengaku tidak mengetahui adanya layanan cek kesehatan gratis.

“Tidak tahu, saya hanya parkir, ya sudah tidak tahu kalau ada itu. Enggak ada sosialisasi ke saya,” akunya.

Ruang cek kesehatan gratis Puskesmas Kassi-kassi Makassar.

Sumber gambar, DARUL AMRI

Keterangan gambar, Ruang cek kesehatan gratis Puskesmas Kassi-kassi Makassar sepi.

Di Makassar, Sulawesi Selatan, layanan cek kesehatan gratis masih terasa sepi.

Sejumlah puskesmas yang BBC News Indonesia datangi seperti Puskesmas Kassi-kassi di Jalan Tamalate, Kecamatan Rappocini dan Puskesmas Toddopuli di Toddopuli Raya, Kecamatan Panakkukang nyaris senyap.

Bahkan beberapa warga mengaku belum tahu sama sekali adanya program tersebut.

“Kita yang kerja sekitar sini belum tahu,” ungkap Mukhsin, salah satu warga yang tinggal di dekat Puskesmas Kassi-kassi.

Kepala Tata Usaha Puskesmas Kassi-kassi, Anwar Ganning, mengakui antusiasme masyarakat di hari pertama peluncuran CKG tak begitu besar.

Cerita dari Makassar: ‘Belum ada satu pun pasien yang daftar’

Padahal pihaknya sudah berusaha maksimal, mulai dari sosialisasi ke masyarakat hingga ke persiapan-persiapan teknis.

Saat dicek langsung di komputer khusus pelayanan CKG, petugas di meja pendaftaran menyebutkan baru satu orang yang daftar via daring. Hanya saja, sampai 13.00 Wita lewat yang bersangkutan tidak datang.

Sama halnya dengan Puskesmas Kassi-kassi, Puskesmas Toddopuli Panakkukang juga sepi dari masyarakat yang mengakses program tersebut.

Bahkan, pihak puskesmas sebut tidak ada pendaftar.

“Saya belum punya pasien [program CKG], jadi saya belum punya pasien yang ini, biar yang mendaftar di online belum ada,” kata kepala Puskesmas Toddopuli drg. Nurwahidah ditemui di Puskesmas Toddopuli.

Walau demikian, Nurwahidah berkata pihaknya akan berupaya untuk menyosialisasikan program pelayanan kesehatan ini ke masyarakat.

“Juknisnya [petunjuk teknis] itu semua kita sama, satu untuk semua. Karena kan juknisnya langsung dari kementerian kesehatan. Sosialisasi pasti kita lakukan terus ke masyarakat,” singkat Nurwahidah.

Nurdin, warga Tamalate Makassar mengatakan program pelayanan kesehatan gratis ini mestinya dikaji lebih dulu, termasuk juga pelibatan dari semua pihak.

“Pelibatan pihak akademisi juga termasuk sebagai kajian awal, karena ini tidak semua masyarakat kan tahu. Kita lihat hari ini tidak ada orang tahu, sampai tidak ada kan yang datang juga,” ungkap Nurdin.

“Makanya butuh kajian, ini juga harus lebih spesifik karena tiap daerah itu penyakit masyarakat berbeda-beda kayak di Papua ada malaria,” sambungnya.

‘Jangan hanya lima tahun, tapi berkelanjutan’

Sejumlah pakar kesehatan masyarakat menyambut baik adanya program cek kesehatan gratis yang diperuntukkan untuk seluruh warga Indonesia.

Layanan seperti ini dianggap mampu mengurangi angka kematian akibat penyakit tidak menular yang jumlahnya terbilang tinggi seperti stroke, penyakit jantung, dan diabetes.

Tetapi, tantangan utama pemerintah adalah rendahnya kesadaran masyarakat dalam mencapai layanan kesehatan.

Ditambah lagi, sosialisasi program ini serta edukasi mengenai pentingnya skrining kesehatan masih kurang masif, kata Ketua Ruang Kebijakan Kesehatan Indonesia (RUKKI), Mouhamad Bigwanto.

Petugas kesehatan memeriksa tekanan darah pasien saat pemeriksaan kesehatan gratis di Puskesmas Pasar Minggu, Jakarta, Senin (10/2/2025).

Sumber gambar, ANTARA FOTO

Keterangan gambar, Petugas kesehatan memeriksa tekanan darah pasien saat pemeriksaan kesehatan gratis di Puskesmas Pasar Minggu, Jakarta, Senin (10/02).

“Masyarakat cenderung hanya datang ke fasilitas kesehatan ketika sudah mengalami gejala yang mengganggu aktivitas mereka,” jelasnya kepada BBC News Indonesia.

“Banyak yang menganggap diri mereka sehat selama masih bisa beraktivitas tanpa hambatan, padahal penyakit seperti hipertensi atau diabetes sering kali berkembang tanpa gejala yang jelas di awal.”

Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra, sependapat.

Menurutnya, tolok ukur dari keseriusan dan keberhasilan program ini adalah sejauh mana masyarakat terinformasi dengan baik soal keberadaan CKG.

“Tanya saja ke warga sudah tahu ada layanan ini? Bagaimana daftarnya? Ini kan berkaitan dengan kampanye, promosi, edukasi, kalau jawabannya tidak tahu… bagaimana bisa berhasil?” tanyanya.

“Belum lagi daerah di Indonesia ini beragam, sukunya, pulaunya, geografisnya… itu tantangannya.”

“Di sisi lain, amanah bahwa setiap orang berhak mengakses kesehatan.”

Itu mengapa untuk daerah-daerah yang kesulitan akses internet, Hermawan berharap sosialisasi harus lebih gencar. Puskesmas juga tidak perlu berpatokan pada pendaftaran daring.

Sementara itu, pakar ilmu kesehatan masyarakat dari Unpad, Dr. Irvan Afriandi, mengaku sedikit menyayangkan layanan pemeriksaan kesehatan gratis baru dilangsungkan sekarang. Tidak di tahun-tahun sebelumnya.

Padahal adanya CKG bisa mengidentifikasi berbagai faktor risiko kesehatan di masyarakat. Termasuk mencegah masyarakat mengalami suatu penyakit.

“Adanya cek kesehatan gratis ini artinya monitor kesehatan akan berlangsung satu siklus hidup, mulai dari balita hingga dewasa.”

“Soal pemerintah belum membuat target [penurunan angka kesakitan atau kematian setelah adanya CKG] bisa dimaklumi, karena untuk menetapkan target harus ada baseline-nya.”

“Mari beri kesempatan ke pemerintah dulu.”

Namun terlepas dari itu semua, dia berharap program tersebut berkelanjutan alias tidak berhenti di lima tahun pemerintahan Prabowo Subianto saja.

Sebab program yang menyasar pada pencegahan penyakit merupakan “investasi jangka panjang” yang bisa meringankan pembiayaan negara di masa mendatang.

“Ada peribahasa lebih baik mencegah daripada mengobati… kalau kita berinvestasi pada pencegahan seperti skrining, itu jauh lebih efektif dibandingkan kita nanti harus menangani ketika sudah sakit.”

Secara ekonomi, klaimnya, masyarakat yang sehat juga akan jauh lebih produktif.

Laporan tambahan oleh wartawan Nefri Inge di Palembang, Kamal di Semarang, dan Darul Amri di Makassar.

Tinggalkan Balasan