KUBET – Kapan bisa melihat tujuh planet sejajar dan apa manfaat fenomena ini?

Kapan bisa melihat tujuh planet sejajar dan apa manfaat fenomena ini?

planet, galaksi, tata surya

Sumber gambar, Getty Images

  • Penulis, Jonathan O’Callaghan
  • Peranan, BBC Future

Jika cerah, sempatkan melihat langit malam pada di bulan Januari dan Februari ini. Ada pemandangan langka menanti. Tujuh planet akan terlihat secara bersamaan di langit malam.

Namun, peristiwa seperti itu bukan hanya tontonan bagi para pengamat bintang.

Peristiwa ini juga dapat berdampak nyata pada Tata Surya kita, dan berpotensi memberi kita wawasan baru tentang posisi kita di Alam Semesta.

Delapan planet utama Tata Surya kita mengorbit Matahari pada bidang datar yang sama, dan semuanya pada kecepatan yang berbeda.

Merkurius, planet terdekat dengan Matahari, menyelesaikan satu orbit, atau satu tahun bagi planet tersebut, dalam 88 hari. Satu tahun Bumi adalah 365 hari.

Sementara di ujung atas sana, Neptunus butuh waktu 60.190 hari atau sekitar 165 tahun Bumi, untuk menyelesaikan satu orbitnya.

Kecepatan planet yang berbeda ini kadang-kadang membawa beberapa planet berbaris di sisi yang sama dari Matahari.

Jika orbitnya berbaris dengan tepat, beberapa planet bisa terlihat dari Bumi secara bersama-sama.

Dalam kejadian yang lebih langka, semua planet akan berbaris sedemikian rupa, sehingga semuanya muncul di langit malam bersama-sama di sepanjang ekliptika, jalur yang dilalui Matahari.

Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus semuanya cukup jelas untuk dilihat dengan mata telanjang. Tapi untuk melihat melihat Uranus dan Neptunus diperlukan teropong atau teleskop.

garis

BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

garis

Pada bulan Januari dan Februari, kita dapat menyaksikan peristiwa ini. Planet-planet tersebut tidak berbaris dengan tepat, sehingga mereka akan nampak dalam lengkungan di langit.

Selama malam yang cerah di Januari dan Februari, semua planet kecuali Merkurius akan terlihat–sebuah peristiwa yang terkadang disebut parade planet.

Namun, pada tanggal 28 Februari, jika cerah, ketujuh planet akan terlihat, menyajikan tontonan menarik bagi para pengamat di Bumi.

“Melihat planet-planet dengan mata kepala sendiri rasanya sangat spesial,” kata Jenifer Millard, seorang komunikator sains dan astronom di Fifth Star Labs di Inggris.

“Ya Anda bisa saja membuka Google dan melihat pemandangan yang lebih spektakuler. Namun, ketika Anda melihat objek-objek ini, mereka layaknya foton yang telah menempuh perjalanan jutaan atau miliaran mil melalui ruang angkasa dapat mencapai retina Anda,” kata Millard.

planet, galaksi, tata surya

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Pengamat bintang bisa melihat tujuh planet yang terlihat sekaligus.
Lewati Whatsapp dan lanjutkan membaca

Akun resmi kami di WhatsApp

Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.

Klik di sini

Akhir dari Whatsapp

Meskipun menarik untuk diamati, apakah kesejajaran itu berdampak pada Bumi?

Faktanya, kata Millard, “Kebetulan saja mereka berada di posisi orbitnya”.

Meskipun beberapa ilmuwan meyakini kesejajaran planet ini dapat berdampak pada Bumi, tapi dasar ilmiah sebagian besar klaim ini lemah, bahkan tidak ada.

Namun, pada 2019, para peneliti menduga kesejajaran planet dapat berdampak pada aktivitas matahari.

Salah satu pertanyaan utama yang belum terjawab tentang Matahari adalah apa yang mendorong siklus 11 tahunnya antara periode aktivitas puncak, yang dikenal sebagai solar maximum (yang saat ini sedang kita alami), dan periode aktivitas terlemah, solar minimum.

Frank Stefani, fisikawan di pusat penelitian Helmholtz-Zentrum di Dresden-Rossendorf, Jerman, meyakini kekuatan pasang surut gabungan Venus, Bumi, dan Jupiter bisa jadi jawabannya.

Meskipun tarikan pasang surut setiap planet pada Matahari amat sangat kecil, Stefani mengatakan ketika ledua atau lebih planet sejajar dengan Matahari–yang dikenal sebagai syzygy–gabungan ini bisa menyebabkan rotasi kecil di dalam bintang, yang disebut gelombang Rossby, yang dapat mendorong peristiwa cuaca.

“Di Bumi, gelombang Rossby menyebabkan siklon dan antisiklon,” kata Stefani. “Ada gelombang Rossby yang sama di Matahari.”

Perhitungan Stefani menunjukkan kesejajaran Venus, Bumi, dan Jupiter dapat menyebabkan periodisitas aktivitas Matahari selama 11,07 tahun, hampir sama persis dengan panjang siklus matahari yang kita lihat.

Tidak semua orang yakin dengan hipotesis tersebut, dan menyatakan aktivitas Matahari sudah dapat dijelaskan oleh proses-proses di dalam Matahari saja.

“Bukti pengamatan menunjukkan tidak ada bukti bahwa planet-planet secara langsung menyebabkan siklus matahari,” kata Robert Cameron, ilmuwan surya di Institut Max Planck untuk penelitian Tata Surya di Jerman. “Tidak ada bukti adanya sinkronisasi.”

Namun, hal lain yang tidak terlalu diperdebatkan, yaitu kesejajaran planet terkait manfaatnya untuk pengamatan ilmiah, khususnya dalam hal menjelajahi Tata Surya.

Mencapai planet-planet luar dengan wahana antariksa sulit dilakukan karena jaraknya sangat jauh, miliaran mil, dan akan memakan waktu puluhan tahun.

Namun, dengan tarikan gravitasi dari planet yang berada di posisi yang tepas, seperti Jupiter, bisa digunakan untuk melontarkan wahana antariksa ke luar lebih cepat.

Cara ini bisa mengurangi waktu tempuh secara drastis, hal yang belum pernah dilakukan wahana antariksa lain sebaik Voyager milik NASA.

Pada tahun 1966, ilmuwan NASA bernama Gary Flandro menghitung akan terjadi penyelarasan empat planet terluar–Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus–pada tahun 1977.

Hal ini memungkinkan keempatnya dapat dikunjungi dalam rentang waktu 12 tahun, dibandingkan dengan 30 tahun jika tidak sejajar.

planet, galaksi, tata surya

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Pada tahun 2024, Mars dan Jupiter dapat dilihat bersamaan dengan mata telanjang, tetapi Venus, Saturnus, Uranus, dan Neptunus juga akan terlihat pada bulan Januari 2025.

Sejajarnya empat planet yang hanya terjadi sekali setiap 175 tahun secara kebetulan ini, membuat NASA meluncurkan wahana antariksa kembar Voyager 1 dan 2 pada 1977 dalam “Grand Tour” ke Tata Surya bagian luar.

Voyager 1 terbang melewati Jupiter pada 1979 dan Saturnus pada 1980. Keduanya sengaja menghindari Uranus dan Neptunus karena para ilmuwan ingin terbang melewati Titan, bulan Saturnus yang menakjubkan dan tidak dapat beroperasi tanpa merusak efek ketapel.

Namun, Voyager 2 menggunakan penyelarasan tersebut untuk mengunjungi keempat planet, menjadi satu-satunya wahana antariksa dalam sejarah yang mengunjungi Uranus dan Neptunus, masing-masing pada 1986 dan 1989.

“Rencana itu berjalan dengan sangat fantastis,” kata Fran Bagenal, astrofisikawan di University of Colorado, Boulder di AS dan anggota tim sains Voyager.

“Jika Voyager 2 berangkat pada 1980, butuh waktu hingga 2010 untuk mencapai Neptunus. Saya rasa tidak akan ada dukungan untuk itu. Siapa yang akan mendanai hal seperti itu?”

Sejajarnya planet tidak hanya berguna di Tata Surya kita. Para astronom memanfaatkannya untuk menyelidiki berbagai aspek Alam Semesta. Yang paling berguna adalah penemuan dan studi eksoplanet, planet yang mengorbit bintang selain Matahari.

Cara utama untuk menemukan dunia semacam itu dikenal sebagai metode transit: ketika sebuah eksoplanet lewat di depan sebuah bintang dari sudut pandang kita, ia meredupkan cahaya bintang, sehingga ukuran dan orbitnya dapat diketahui.

Berkat metode ini, kita bisa menemukan banyak planet yang mengorbit pada bintang-bintang tertentu.

Trappist-1, bintang katai merah yang terletak 40 tahun cahaya dari Bumi, memiliki tujuh planet seukuran Bumi yang semuanya melintasi bintang dari sudut pandang kita.

Planet-planet dalam sistem itu sebenarnya beresonansi satu sama lain. Artinya, planet terluar menyelesaikan dua orbit, ketika planet di sebelah dalamnya mengorbit tiga kali, lalu berikutnya empat, enam, dan seterusnya.

Ini berarti ada periode ketika beberapa planet dalam sistem sejajar dalam satu garis lurus, sesuatu yang tidak terjadi di Tata Surya kita.

Dengan menggunakan transit, kita dapat mempelajari keberadaan atmosfer di planet-planet seperti ini.

“Jika planet beratmosfer berada di depan bintang, artinya cahaya bintang melewati planet itu. Molekul serta atom di atmosfer planet itu menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu,” kata Jessie Christiansen, astronom di California Institute of Technology.

Akibatnya, gas-gas yang berbeda seperti karbon dioksida dan oksigen bisa diidentifikasi. “Sebagian besar analisis komposisi atmosfer kita diketahui dari kesejajaran,” katanya.

Secara luas, kesejajaran memungkinkan kita menyelidiki Alam Semesta yang jauh, yaitu kesejajaran galaksi.

Mengamati galaksi-galaksi di alam semesta awal sangat sulit dilakukan karena galaksinya sangat redup dan jauh.

Namun, ketika galaksi besar atau gugusan galaksi melewati garis pandang kita dengan galaksi awal yang lebih jauh, tarikan gravitasinya yang besar dapat memperbesar cahaya objek yang lebih jauh, sehingga bisa diamati dan dipelajari. Proses ini disebut pelensaan gravitasi.

“Ini adalah kesejajaran yang sangat besar di seluruh skala alam semesta,” kata Christiansen. Penggunaannya pada teleskop seperti Teleskop Luar Angkasa James Webb untuk mengamati bintang dan galaksi terpencil seperti Earendel, bintang terjauh yang diketahui dari Bumi.

Cahaya yang dilihat teleskop dari bintang tersebut berasal dari satu miliar tahun pertama dari 13,7 miliar tahun sejarah Alam Semesta dan hanya terlihat karena pelensaan gravitasi.

planet, galaksi, tata surya

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Planet-planet di Tata Surya terkadang dapat berbaris di bagian langit yang sama pada waktu yang sama.

Lalu ada beberapa penggunaan baru dari kesejajaran, seperti menyelidiki keberadaan kehidupan ekstraterestrial, di tata surya lain ketika para planet sejajar dari sudut pandang Bumi.

Pada 2024, mahasiswa pascasarjana Nick Tusay di Pennsylvania State University di AS menggunakan penyelarasan ini untuk mencari jejak komunikasi yang dikirim antara dunia-dunia di sistem Trappist-1.

Sederhananya, ini seperti bagaimana kita di Bumi mengirim sinyal ke planet-planet seperti Mars untuk berkomunikasi dengan wahana antariksa. “Kapan pun dua planet sejajar mungkin menarik,” kata Tusay.

Pada kesempatan itu pencarian tidak membuahkan hasil. Namun, peradaban alien yang melihat ke arah Tata Surya kita sendiri mungkin melakukan hal yang sama.

Saat ini para planet sejajar ke arah kita, tapi bukan tidak mungkin, bayangkan, jika ada yang menyaksikan juga dari suatu tempat yang lain.

“Peradaban alien bisa saja melihat ini sebagai kesempatan untuk melakukan penyelidikan mereka sendiri,” kata Tusay.

Versi asli artikel ini dapat Anda baca dengan judul Planetary alignment 2025: This is what it really means when seven planets line up in the sky di BBC Future.

Tinggalkan Balasan