KUBET – Foto ‘gunung tengkorak bison’ ungkap sejarah kelam penindasan penduduk asli Amerika Serikat

Foto ‘gunung tengkorak bison’ ungkap sejarah kelam penindasan penduduk asli Amerika Serikat

kolonialisme, Amerika Serikat

Sumber gambar, Perpustakaan Umum Detroit

Keterangan gambar, Seorang lelaki dipotret berdiri di sebuah gundukan tengkorak bison pada pertengahan abad ke-19 di wilayah kolonial Amerika Serikat.

  • Penulis, Lucy Sherriff
  • Peranan, BBC Future

Potret dua pria berdiri di atas gunung tengkorak bison terkenal sebagai simbol perburuan pada masa penjajahan Amerika Serikat. Namun ada kisah yang lebih mengerikan di baliknya, dengan pesan modern yang mengejutkan.

Dua pria yang mengenakan jas hitam dan topi berpose di atas gundukan tengkorak bison. Foto dari abad ke-19 itu sungguh meresahkan – ribuan tengkorak bertumpuk rapi, menjulang ke langit.

Namun di balik kesan yang mengerikan, foto tersebut menyimpan rahasia yang lebih gelap. Gunung tengkorak bison itu bukan hanya hasil perburuan yang berlebihan di Amerika Serikat. Dan dua pria itu pun bukanlah pemburu binatang.

Gundukan tengkorak bison tersebut, menurut para ahli, adalah bukti dari upaya terorganisir yang diperhitungkan dengan cermat untuk membasmi bison.

Pemusnahan bison ini bertujuan untuk menghilangkan sumber pangan penting penduduk asli Amerika. Inti dari siasat itu adalah mendorong komunitas orang asli ke wilayah permukiman kecil. Di sana mereka akan dikendalikan oleh orang-orang kulit putih yang baru tiba di Amerika Utara.

“Foto ini adalah contoh perayaan kolonial terhadap sebuah kehancuran,” kata Tasha Hubbard, pembuat film berjudul Cree, sekaligus profesor di Fakultas Studi Penduduk Asli di Universitas Alberta, Kanada.

Hubbard menyebut pemusnahan bison sebagai bagian dari strategi ekspansi kolonial. Menurutnya, para penjajah memandang pemberantasan bison sebagai penjinakan wilayah liar yang diperlukan untuk perluasan pemukiman.

Pembantaian massal bison di masa kolonial memberikan pukulan telak bagi suku-suku yang menjadikan hewan tersebut sebagai sumber makanan.

Sebagai dampaknya, tingkat kematian anak pada berbagai kelompok penduduk asli yang bergantung pada bison melonjak. Kehidupan yang dijalani berbagai komunitas ini telah berubah secara fundamental hingga hari ini.

penduduk asli, Amerika Utara

Sumber gambar, Heritage Images/Getty Images

Keterangan gambar, Lukisan yang memperlihatkan bagaimana penduduk asli Amerika Utara berburu bison. Lukisan ini dibuat pada tahun 1843.

Penduduk asli Amerika telah berburu bison selama berabad-abad. Kebiasaan itu adalah bagian dari budaya nomaden mereka.

Pemburuan bison menghasilkan daging sebagai sumber makanan, kulit untuk tempat tinggal dan pakaian, serta tulang untuk membuat perkakas.

Komunitas penduduk asli di seluruh Amerika Utara telah sejak ribuan tahun bergantung pada bison, kata Hubbard.

“Menghilangkan spesies kunci tersebut berarti memicu kelaparan di kalangan masyarakat adat. Strategi itu melemahkan kami sehingga mereka dapat mengendalikan dan mengusir kami dari tanah kami,” ujarnya.

garis

BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

garis

Sebuah perkiraan menyebut penduduk asli Amerika memburu kurang dari 100.000 bison per tahun. Angka itu tidak mengurangi populasi bison yang pada awal tahun 1800-an berjumlah antara 30-60 juta ekor.

Namun pada 1 Januari 1889, hanya ada 456 bison ras murni yang tersisa di wilayah yang kini disebut Amerika Serikat.

Dari jumlah itu, 256 ekor di antaranya berada di penangkaran, dilindungi di Taman Nasional Yellowstone dan beberapa cagar alam lainnya.

penduduk asli, Amerika Utara

Sumber gambar, Universal History Archive/Getty Images

Keterangan gambar, Lukisan yang mengisahkan tentang pemusnahan bison di wilayah pendudukan Amerika, dibuat oleh John Reuben Chapin, sekitar tahun 1870.

Ada banyak alasan mengapa bison disembelih secara massal. Salah satunya adalah pembangunan tiga jalur kereta api yang melintasi kawasan paling padat bison.

Pemburuan itu menambah permintaan konsumen terhadap kulit dan daging bison. Senapan modern di satu sisi membuat pemburuan bison menjadi relatif lebih mudah. Semua itu terjadi ketika tidak ada satupun regulasi yang membatasi perburuan hewan tersebut.

Namun ada alasan lain yang lebih mengerikan terkait penurunan populasi bison. Alasan itu di luar kebutuhan nyata para pemukim Amerika terhadap daging dan kulit bison, yakni penjajahan dan penaklukan, kata para sejarawan.

“Hasrat mengejar kekayaan dan kekuasaan dalam bentuk kepemilikan tanah, perbudakan, serta keinginan untuk meraih keuntungan tanpa batas serta komodifikasi sumber daya alam adalah alasan betapa intensnya perburuan bison serta serangan politik dan fisik terhadap masyarakat adat selama lima abad terakhir,” kata Bethany Hughes, anggota komunitas Choctaw Nation di Oklahoma.

Hughes juga berstatus sebagai asisten profesor di Departemen Studi Masyarakat Adat Amerika di Universitas Michigan.

penduduk asli, Amerika Utara

Sumber gambar, MPI/Getty Images

Keterangan gambar, Lukisan karya W. H. Jackson tentang perburuan bison di wilayah komunitas penduduk asli.

Proyek Jalur Kereta Api Lintas Benua yang selesai pada 1869 turut mempercepat kepunahan bison. Pada 1871, sebuah usaha privat penyamakan kulit di Pennsylvania mengembangkan metode mengubah kulit bison menjadi kulit komersial.

Industri itu akhirnya mendorong kawanan pemburu kulit binatang memusnahkan kawanan bison di dataran tengah dengan “kecepatan yang mengejutkan”, menurut sebuah penelitian.

Sebuah gundukan tengkorak bison dipotret di Michigan Carbon Works, sebuah kilang yang memproses tulang kawanan hewan itu. Di sana, tulang bison diolah menjadi arang yang akan digunakan oleh pabrik gula untuk menyaring dan memurnikan gula. Adapun tulang bison dimanfaatkan industri sebagai lem dan pupuk.

“Foto gundukan tengkorak bison ini merekam bisnis yang sangat sukses yang dibangun di atas limbah yang dihasilkan oleh ekspansi kolonial Amerika dan logika rasial yang menarasikan inferioritas penduduk asli Amerika,” kata Hughes.

Amerika Serikat

Sumber gambar, Perpustakaan Umum Detroit

Keterangan gambar, Dalam versi gambar yang lebih besar ini, dua pria dari pabrik Michigan Carbon Works terlihat berpose di atas gunung tengkorak bison.

“Kolonialisme dan kapitalisme berjalan bersamaan,” ujar Hughes.

“Mendapatkan keuntungan dan mendorong keberhasilan ekonomi yang dicapai Michigan Carbon Works dalam pengolahan tulang bison berarti mengambil manfaat dan berpartisipasi dalam berbagai proyek kolonial yang melucuti hak-hak masyarakat adat terhadap tanah, kebangsaan, dan budaya,” kata Hughes.

“Foto gundukan tengkorak bison ini bukanlah pengingat atas dampak buruk masa lalu kolonial. Ini adalah sebuah gugatan terhadap konsumerisme komersial yang mengaburkan kondisi material dan etika, yang membuat kemewahan seperti gula rafinasi tampak tidak meninggalkan jejak kelam,” tuturnya.

Membunuh bison juga merupakan bagian dari kampanye militer yang menggunakan perampasan sumber daya sebagai langkah taktis.

Telah didokumentasikan dengan baik bagaimana pejabat militer kolonial mengerahkan tentara untuk membunuh bison sebagai cara untuk menghabiskan sumber daya penduduk asli Amerika selama periode penjajahan di AS.

bison, amerika serikat

Sumber gambar, MPI/Getty Images

Keterangan gambar, Lukisan kawanan bison di dekat Danau Jessie, North Dakota. Lukisan ini dibuat pada tahun 1850.

Sejarawan Robert Wooster dalam bukunya The Military and United States Indian Policy menulis bahwa Jenderal Phillip Sheridan, seorang perwira militer yang bertanggung jawab atas strategi “Perang Total” melawan suku-suku Dataran Selatan menganggap bahwa memusnahkan bison mungkin merupakan cara terbaik untuk memaksa kelompok masyarakat asli menghentikan kebiasaan nomaden mereka.

Sheridan tercatat pernah mengeluarkan pernyataan kepada legislator yang mencoba mengesahkan regulasi perlindungan binantang ternak yang semakin berkurang.

“Para pemburu ternak menghancurkan komisariat Indian,” ujarnya.

“Merupakan fakta umum bahwa tentara yang kehilangan basis perbekalan berada pada posisi yang sangat dirugikan…demi perdamaian abadi, biarkan mereka membunuh, menguliti dan menjualnya sampai bison-bison itu dimusnahkan,” kata Sheridan.

bison, amerika utara

Sumber gambar, Hulton Archive/Getty Images

Keterangan gambar, Lukisan tahun 1871 tentang para pelancong kereta api Kansas-Pacific Railroad yang menembak kawanan bison. Pada waktu itu, jika terdapat kawanan bison di lintasan, masinis akan mematikan mesin dan membiarkan penumpang keluar untuk menembak binatang tersebut.

Sheridan menulis dalam suratnya kepada koleganya pada 1868: “Cara terbaik bagi pemerintah adalah membuat masyarakat asli menjadi miskin dengan memusnahkan ternak mereka dan kemudian menempatkan mereka di tanah yang diberikan kepada mereka.”

Pejabat militer lainnya saat itu, Letnan Kolonel Dodge, mengatakan kepada seorang pemburu: “Bunuh setiap bison yang Anda bisa! Setiap bison yang mati berarti orang Indian telah hilang.”

Berbagai kelompok penduduk asli Amerika tahu apa yang ketika itu sedang terjadi. Setanta, kepala suku Kiowas, di Great Plains, menyadari bahwa “memusnahkan bison berarti memusnahkan orang Indian”–seperti yang diingat oleh Billy Dixon, seorang pemburu bison dan penjaga perbatasan dari Texas dalam otobiografinya.

“Jenderal Sheridan, untuk menaklukkan kelompok-kelompok suku Dataran Tinggi selamanya, mendesak dan mempraktikkan hal yang ditakutkan oleh Setanta,” tulis Dixon.

bison, amerika utara

Sumber gambar, Universal Images Group/Getty Images

Keterangan gambar, Sebuah potret peristiwa nyata terkait pemburuan bison di ruang hidup penduduk asli Amerika pada abad ke-19.

Merampas bison berarti memaksa mereka berpindah ke tempat perlindungan baru yang ditetapkan tentara Barat untuk mereka, guna menanam makanan untuk bertahan hidup.

Taktik tentara kolonial pada waktu itu berhasil. Anggota Suku Kiowa akhirnya bermigrasi ke reservasi di Oklahoma.

Dalam satu generasi, rata-rata tinggi badan penduduk asli Amerika yang sangat bergantung pada bison dan paling terkena dampak pembantaian turun lebih dari 2,5 sentimeter.

Pada awal abad ke-20, angka kematian anak meningkat 16%, dan pendapatan per kapita di negara-negara bison tetap 25% lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara yang tidak terlalu bergantung pada bison.

Namun ada beberapa perdebatan selama bertahun-tahun mengenai pembunuhan kawanan bison tersebut.

Bagaimana pemburu bisa membunuh 30 hingga 60 juta hewan? Itulah pertanyaan yang diajukan oleh sebuah penelitian pada tahun 2018 yang menawarkan epidemi penyakit sebagai jawabannya.

Riset itu menyimpulkan bahwa dua penyakit yang ada pada saat itu, yakni antraks di Nebraska dan demam kutu Texas di Montana, “cukup mematikan untuk memusnahkan puluhan juta hewan”.

bison, amerika utara

Sumber gambar, Universal History Archive/Getty Images

Keterangan gambar, Lukisan yang menggambarkan sekelompok orang berburu bison pada abad ke-19.
Lewati Whatsapp dan lanjutkan membaca

Akun resmi kami di WhatsApp

Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.

Klik di sini

Akhir dari Whatsapp

Apa pun penyebabnya, populasi bison tidak pernah pulih sepenuhnya. Binatang ini masih terdaftar sebagai spesies yang hampir terancam punah.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, upaya telah dilakukan untuk membawa bison kembali ke dataran besar di Amerika Utara, yang berperan sangat penting bagi ekosistem padang rumput.

Dalam Undang-Undang Pengurangan Inflasi yang disahkan pada 2023, pemerintah AS menjanjikan anggaran sebesar $25 juta (Rp407 miliar) untuk memulihkan bison di seluruh AS.

Saat ini sebuah upaya dalam skala kecil sudah berlangsung. Sekitar seribu bison yang dipelihara di cagar alam milik organisasi nirlaba lingkungan The Nature Conservancy telah dikembalikan ke lahan penggembalaan leluhur mereka.

Sebuah proyek restorasi di Montana juga digelar untuk mengembalikan 5.000 bison ke padang rumput. Sejumlah kelompok masyarakat adat juga telah menerima 250 bison melalui kemitraan dengan National Wildlife Federation.

Bagaimanapun, menurut Hughes, pesan di balik potret gundukan tengkorak bison yang mencolok telah hilang seiring berjalannya waktu.

Potret tersebut membawa pesan sederhana yang membuat orang-orang merasakan kesedihan tentang masa lalu, tapi tidak memaksa mereka untuk menentang “cara-cara kolonial dan kapitalis yang terus memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kehidupan manusia”.

“Lebih dari itu, foto ini menunjukkan bahwa konsumen adalah mesin yang menggerakkan mesin kolonial,” kata Hughes.

“Jika Anda tidak memanusiakan orang lain atau mengobjektifikasi makhluk hidup sebagai ‘sumber daya alam’, Anda sebenarnya mengumbar betapa Anda tak memiliki rasa kemanusiaan dan keliru memahami makna kehidupan dalam hubungan dengan dunia di sekitar Anda,” ujar Hughes.

“Ini adalah pesan penting untuk disampaikan kepada masyarakat karena ini adalah masalah yang sedang berlangsung. Ini bukan masalah sejarah,” tuturnya.

Artikel ini pertama kali terbit di BBC Future dengan judul The ‘bison skull mountain’ photo that reveals the US’s dark history.

Tinggalkan Balasan