Gempa Myanmar dan Thailand: Korban tewas tembus 1.000 orang, apa saja yang telah diketahui?

Sumber gambar, EPA
Lebih dari 1.000 orang telah dinyatakan meninggal dunia akibat gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,7 yang melanda Myanmar dan negara di sekitarnya, termasuk Thailand, Jumat (28/03).
Merujuk data terbaru yang disampaikan otoritas Myanmar, per 29 Maret siang waktu setempat, jumlah penduduk yang tewas di negara itu telah mencapai 1.002 orang.
Mayoritas korban tewas, 694 orang, berada di Kota Mandalay. Kota terbesar kedua di Myanmar itu berjarak 60 kilometer dari pusat gempa di barat laut Kota Sagaing.
Kemudian 96 korban tewas berada di ibu kota Myanmar, Naypyidaw, 18 orang di Saggaing, dan 30 orang di Kyauk Se.
Adapun korban luka di seluruh Myanmar mencapai 1.670 orang.
Akhir dari Artikel-artikel yang direkomendasikan
Sementara di ibu kota Thailand, Bangkok, korban meninggal dunia mencapai enam orang. Terdapat pula 26 yang terluka dan 47 orang yang hilang di kota itu, menurut Wali Kota Bangkok, Chadchart Sittipunt.
Pemerintah Myanmar dan Thailand masih terus memperbarui data terkait korban. Artinya, jumlah korban masih dapat bertambah.

Sumber gambar, AFP
Seorang anggota tim penyelamat di Mandalay, Myanmar, sebelumnya mengatakan kepada BBC bahwa jumlah korban tewas akibat gempa di Myanmar belum diketahui, namun mengatakan “kerusakannya sangat hebat”.
“Jumlah korban tewas juga cukup tinggi. Itu saja yang bisa kami sampaikan saat ini karena upaya penyelamatan masih berlangsung,” kata tim penyelamat.

Bangunan roboh di Chatuchak, Bangkok
Di ibu kota Thailand, Bangkok, setidaknya 100 pekerja konstruksi dilaporkan hilang di lokasi bangunan yang roboh di dekat pasar Chatuchak, menurut Institut Nasional untuk Pengobatan Darurat di Thailand.
Dalam sebuah unggahan di Facebook, disebutkan bahwa ada sekitar 320 pekerja di lokasi tersebut pada saat insiden terjadi, dan 20 orang terjebak di terowongan lift.
Otoritas SAR Thailand telah menemukan tanda-tanda kehidupan 15 orang yang terjebak di bawah reruntuhan.
Tim penyelamat tengah berupaya memindahkan bagian yang runtuh dengan alat berat. Mereka menyatakan akan terus berusaha “untuk menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa”.

Sumber gambar, Reuters
Di mana gempa terjadi?
Pusat gempa terletak 16 kilometer di barat laut kota Sagaing di Myanmar, merujuk data Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (USGS).
Lokasi itu berada dekat dengan kota terbesar kedua di Myanmar, Mandalay, yang berpenduduk sekitar 1,5 juta orang. Lokasi ini berjarak sekitar 100 kilometer di utara ibu kota Nay Pyi Taw.
Gempa pertama terjadi 28 Maret lalu, sekitar pukul 12:50 waktu setempat, menurut data USGS. Gempa susulan terjadi 12 menit kemudian, dengan kekuatan magnitudo 6,4.
Pusat gempa kedua ini berada 18 kilometer di selatan kota Sagaing, Myanmar.
Merujuk pemodelan yang dilakukan USGS, gempa tersebut diperkirakan menewaskan ribuan orang. Perkiraan yang sama dibuat Pager, sistem otomatis dari Badan Geologi Amerika Serikat.

‘Korban berlimpah’ di rumah sakit Myanmar
Seorang pejabat Myanmar mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa sebuah rumah sakit besar di ibu kota Naypyidaw telah menjadi “daerah dengan korban berlimpah” setelah gempa.
Jalan-jalan di sekitarnya rusak akibat gempa dan rute menuju RS itu macet total.
Di RS dengan 1.000 tempat tidur itu, korban luka dirawat di jalanan di luar, infus tergantung di brankar mereka.
Beberapa orang tampak menggeliat kesakitan, sementara yang lain terbaring diam sementara kerabat berusaha menghibur mereka.

Sumber gambar, AFP
Dewan militer Myanmar juga menyatakan RS yang dikelola pemerintah di Mandalay, Sagaing, dan Naypyidaw penuh dengan pasien yang terluka akibat gempa bumi dan pemerintah meminta masyarakat untuk menyumbangkan darah bagi para pasien.
Seorang pengembang properti terkenal mengatakan bahwa banyak propertinya yang retak, sangat banyak bangunan runtuh, dan situasinya benar-benar buruk di Mandalay.


Sumber gambar, BBC Burmese

Sumber gambar, BBC Burmese

Sumber gambar, AFP

Sumber gambar, BBC Burmese
Dewan militer Myanmar menyatakan bahwa Sagaing, Mandalay, Magway, Bago, Negara Bagian Shan Timur, dan Naypyidaw berada dalam situasi darurat.
Mereka kini memprioritaskan penyelidikan kerusakan dan upaya penyelamatan di area-area tersebut.
Dampak gempa di Thailand
Dampak gempa ini terasa hingga ke negara-negara tetangga, seperti China dan Thailand.
Di Bangkok, Thailand, video yang beredar di media sosial menunjukkan air menyembur keluar dari kolam renang di atap gedung dan mengucur ke jalan-jalan di bawahnya.

Sumber gambar, Reuters

Sumber gambar, AFP
Bui Thu, jurnalis BBC yang tinggal di Bangkok, menuturkan kepada BBC World Service bahwa ia sedang memasak di rumah ketika gempa pertama terjadi.
“Saya sangat gugup, saya sangat panik,” katanya.
“Saya tidak tahu apa penyebabnya karena, saya rasa, sudah satu dekade sejak Bangkok mengalami gempa yang sangat kuat seperti ini.”
“Di apartemen saya, saya hanya melihat retakan di dinding dan air memercik dari kolam renang dan orang-orang berteriak.”
Setelah gempa susulan, ia bersama banyak orang lainnya berlari ke jalan.
“Kami hanya mencoba memahami apa yang sedang terjadi,” katanya.
“Bangunan-bangunan di Bangkok tidak dirancang untuk menahan gempa, jadi saya pikir itulah sebabnya saya pikir akan ada kerusakan besar.”

Sumber gambar, Reuters
Gempa juga menyebabkan sebuah gedung pemerintah yang sedang dalam proses pembangunan di dekat Taman Chatuchak di Bangkok runtuh.
Dari 50 pekerja konstruksi yang ada di sana, 43 kini dinyatakan hilang, diduga masih terjebak di dalam, merujuk pernyataan polisi setempat dan juga Institut Nasional untuk Kedokteran Darurat.
“Ketika saya tiba untuk memeriksa lokasi, saya mendengar orang-orang berteriak minta tolong,'” kata Worapat Sukthai, wakil kepala polisi untuk Distrik Bang Sue, kepada AFP.
Pemerintah Thailand sedang mengadakan pertemuan darurat untuk merespons kejadian ini.
Gempa bumi relatif lebih sering terjadi di Myanmar dibandingkan dengan Thailand.
Antara tahun 1930 dan 1956, terjadi enam gempa bumi dahsyat dengan magnitudo 7,0 di dekat Sesar Sagaing, yang membentang di bagian tengah negara tersebut, menurut laporan kantor berita AFP yang mengutip USGS.
Mengapa sulit mendapat informasi dari Myanmar?
Informasi terkini langsung dari Myanmar sulit diperoleh, utamanya karena Myanmar diperintah oleh junta militer sejak kudeta pada 2021.
Pemerintahan yang ada mengendalikan hampir semua radio, televisi, media cetak, dan media daring setempat. Penggunaan internet juga dibatasi.
Jalur komunikasi juga tampaknya terputus karena BBC tidak dapat menghubungi lembaga bantuan di lapangan.
Artikel ini akan diperbarui secara berkala