KUBET – Jasad pendaki bertato dari 5.000 tahun lampau dan perempuan bersepatu aneh – Kisah-kisah yang terungkap saat gletser mencair

Jasad pendaki bertato dari 5.000 tahun lampau dan perempuan bersepatu aneh – Kisah-kisah yang terungkap saat gletser mencair

Gletser mencair

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Gletser mencair.

  • Penulis, Sophie Hardach
  • Peranan, BBC Future

Saat gletser dan bongkahan es mencair, ada banyak kisah yang terungkap tentang keterampilan manusia, petualangan, keyakinan, hingga konflik yang mematikan.

Sekitar 5.000 tahun lampau, seorang lelaki bertato berusia 40-an tahun, dengan mata cokelat dan rambut hitam yang menipis, mendaki gunung setinggi 3.000 meter di Pegunungan Alpen Ötztal. Tepatnya, di perbatasan antara wilayah yang sekarang dikenal sebagai Italia dan Austria.

Laki-laki itu mengenakan mantel bulu kambing bergaris, topi bulu beruang, dan sepatu kokoh dengan sol kulit beruang.

Meskipun secara genetis dia cenderung mengalami obesitas, gaya hidupnya yang aktif membuatnya tetap bugar dan berotot.

Dia memiliki sejumlah masalah kesehatan, yakni masalah perut dan lutut, tetapi itu tidak menghentikannya mendaki gunung.

Perlengkapannya luar biasa banyak walau beberapa di antaranya tidak lengkap, seolah dikemas dengan tergesa-gesa. Ada busur dan anak panah yang belum selesai, kapak tembaga yang berharga, jamur obat, dan bahkan dua kompor portabel yang terbuat dari kulit kayu birch.

Dia hendak menyeberangi punggung bukit yang tinggi untuk menyelamatkan diri ketika sebuah anak panah menghantam bahunya, memutus urat nadi dan membunuhnya.

Salju dan es menutupi tubuh dan barang-barangnya. Dia terbaring di sana, tidak terdeteksi, selama ribuan tahun.

garis

BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

garis

Di tempat lain di Pegunungan Alpen, jasad dan benda-benda lainnya juga membeku di dalam es selama ratusan bahkan ribuan tahun. Namun beberapa dekade yang lalu, mereka mulai muncul.

Gletser yang semakin cepat mencair mengungkapkan berbagai temuan yang memunculkan bidang ilmiah baru: arkeologi glasial.

Ini adalah ilmu yang mempelajari temuan-temuan kuno dari gletser yang mencair.

Temuan ini memberi tahu kita soal gambaran rinci tentang perjalanan, inovasi, hingga ancaman di pegunungan tinggi di masa lampau.

Gletser Pegunungan Alpen

Sumber gambar, Getty Images

Lewati Whatsapp dan lanjutkan membaca

Akun resmi kami di WhatsApp

Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.

Klik di sini

Akhir dari Whatsapp

“Selalu ada kasus-kasus individu berupa jasad atau benda muncul dari dalam es. Gletser telah menelan orang dan benda, tapi pada satu titik, gletser memuntahkannya kembali karena massa es bergerak,” kata Direktur layanan arkeologi Kanton Grisons di Swiss, Thomas Reitmaier.

Bahkan, ada kosa kata bahasa Jerman Alpen yang menggambarkan munculnya benda-benda dari gletser: “ausgeapert” yang berarti sesuatu yang tersingkap karena mencairnya salju atau es.

Namun, karena pemanasan global dan gelombang panas telah mempercepat hilangnya gletser, ada begitu banyak temuan arkeologi yang belum pernah terjadi sebelumnya, kata Reitmaier. Terkadang gletser juga menampilkan sejarah ribuan tahun sekaligus.

Baca juga:

Penemuan-penemuan ini menunjukkan kecerdikan manusia saat melintasi Pegunungan Alpen, berdagang, melarikan diri, berburu, menggembala atau menaklukkan berbagai hal.

Ada banyak inovasi teknis yang diketahui lewat gletser. Contohnya, sepatu salju tertua di dunia yang berasal dari hampir 6.000 tahun lalu serta jejak-jejak praktik spiritual kuno.

Bangsa Romawi mengorbankan koin-koin mereka untuk dewa-dewa gunung sebelum menyeberangi Pegunungan Alpen karena takut tertimpa longsoran batu dan salju. Aksi itu dilakukan ketika mereka berupaya memperluas wilayah kekaisaran mereka ke seluruh Eropa.

Ada pula penemuan mengharukan dan misterius yang usianya tergolong tidak terlalu tua.

Pada abad ke-17, seorang perempuan berusia 20-an mengenakan mantel laki-laki dan sepatu yang tidak serasi, mencoba menyeberangi gletser di Swiss.

Dia membawa sebuah mangkuk kayu, sendok kayu, dan sebuah rosario. Dia meninggal, mungkin karena jatuh, dan jasadnya tertutup oleh salju dan es sampai dia muncul pada akhir 1980-an.

Menguak rahasia mumi es

Yang mungkin mengejutkan, penemuan ini juga menunjukkan bahwa rute perjalanan Alpen yang paling populer tidak banyak berubah selama ribuan tahun.

Reitmaier mengatakan suhu terpanas pada 2003 telah menyingkap sejarah besar yang tersembunyi di Schnidejoch di Swiss.

“Ada garis objek yang terus menerus membentang dari tahun 4.800 SM, dari Abad Pertengahan hingga saat ini,” katanya.

“Setiap kali jalur itu terbuka, manusia melewatinya dan mereka kehilangan sesuatu, atau mereka meninggal dan meninggalkan benda-benda.”

“Hanya karena kemunculan jalan raya, jalur kereta api dan terowongan, lintasan-lintasan ini kehilangan peran krusialnya, yaitu membawa manusia dari satu tempat ke tempat lain,” ujar Reitmaier.

Ötzi

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Sosok Ötzi diwujudkan agar khalayak umum bisa melihatnya.

Penemuan yang paling terkenal dan paling banyak dipelajari adalah Tyrolean Iceman berusia 5.000 tahun, yang diceritakan di awal artikel ini.

Dia dijuluki Ötzi, yang diambil dari nama Pegunungan Alpen Ötztal tempat ia ditemukan.

Ötzi ditemukan pada 1991, pada masa-masa awal gletser mencair. Padahal, selama ribuan tahun jasadnya diawetkan oleh es dan tidak pernah ditemukan.

Baca juga:

“Sebelum penemuan Ötzi, para arkeolog umumnya berasumsi bahwa manusia tidak mengunjungi atau menyeberangi pegunungan tinggi di masa lampau karena medannya terlalu sulit,” kata Andreas Putzer.

Putzer adalah seorang arkeolog dan kurator di Museum Arkeologi South Tyrol di Bolzano, Italia, tempat mumi es Ötzi disimpan.

“Namun Ötzi mengajarkan kita bahwa manusia memang pergi ke sana, dan itu benar-benar memulai penelitian arkeologi di pegunungan tinggi di Pegunungan Alpen ini,” tambahnya.

Versi pajangan manusia es Ötzi yang mengenakan topi kulit beruang, mantel dan legging kulit kambing, serta sandal kulit yang diisi jerami. Ötzi adalah nama yang diberikan untuk mumi manusia beku dari sekitar tahun 3300 SM, yang ditemukan oleh dua wisatawan Jerman pada tahun 1991 di gletser Schnastal di Pegunungan Alpen Oztal.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Versi pajangan manusia es Ötzi, mumi manusia beku dari sekitar tahun 3300 SM, yang ditemukan oleh dua wisatawan Jerman pada tahun 1991 di gletser Schnastal di Pegunungan Alpen Oztal.

Penelitian tentang Ötzi beserta barang-barang miliknya yang berlangsung selama puluhan tahun telah menghidupkan kembali sebuah dunia dari masa lampau.

Para ilmuwan telah menemukan tanaman dan hewan apa yang ia kumpulkan, budidayakan, dan buru.

Mereka telah melacak migrasi panjang leluhurnya dari Anatolia (di Turki modern) ke Eropa, dan memetakan jaringan perdagangan yang luas dari komunitas pertaniannya.

Dia hidup di masa ketika orang-orang di wilayah tersebut sudah tinggal di desa-desa di lembah, dan bertani di sana, kata Putzer. Tetapi beberapa orang juga masih menjelajah untuk berburu.

Ötzi adalah nama yang diberikan untuk mumi manusia beku dari sekitar tahun 3300 SM, yang ditemukan oleh dua wisatawan Jerman pada tahun 1991 di gletser Schnastal di Pegunungan Alpen Oztal.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Sosok Ötzi diwujudkan kembali oleh para peneliti.

Peralatan kuno ‘berteknologi tinggi’

Sambil berdiri di depan etalase dengan topi bulu beruang milik Ötzi Evelyn Egger, seorang arkeolog di Museum Arkeologi South Tyrol, menjelaskan bahwa lembaga tersebut telah memperluas ruangnya untuk menampung penemuan-penemuan baru.

“Peneliti terus mendapat penemuan-penemuan baru,” kata Egger.

Misalnya, tentang kecenderungan genetik Ötzi terhadap obesitas, diabetes, dan kebotakan, yang sebagian diimbangi oleh gaya hidupnya yang sehat.

Analisis serbuk sari dan serpihan lumut dalam sistem pencernaan Ötzi, serta pada pakaian dan peralatannya, bahkan memungkinkan para peneliti untuk merekonstruksi perjalanan terakhirnya. Itu karena tanaman-tanaman tersebut tumbuh pada ketinggian yang berbeda dan di sisi pegunungan yang berbeda.

Selama sekitar 33 jam terakhir hidupnya, dia berjalan ke utara dari atas dekat barisan pepohonan, pada ketinggian 2.300 meter, lalu kembali ke hutan, melalui ngarai, dan kembali naik ke atas hingga ketinggian 3.000 meter.

Pegunungan Alpen Oztal

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Pegunungan Alpen Oztal

Penelitian lain menunjukkan bahwa perjalanan Ötzi yang tergesa-gesa mungkin terkait dengan penyebab kematiannya.

Beberapa hari sebelum meninggal, dia menderita luka tusuk di tangan kanannya, dan sesaat sebelum meninggal, dia mendapat pukulan di punggungnya.

Perlengkapan mewahnya menunjukkan bahwa dia mungkin seorang pemimpin, yang mungkin terlibat dalam perebutan kekuasaan.

Kapak tembaga milik Ötzi dibuat dengan tembaga yang diimpor dari Tuscany yang kini menjadi wilayah Italia. Kapak serupa digambarkan pada ukiran batu dan ditemukan di makam-makam dari masa itu. Kapak ini merupakan simpol status tinggi.

Topi bulu beruang, pakaian, dan serangkaian peralatannya dibuat dengan keterampilan tinggi.

Saat berjalan di samping pakaian dan barang-barang Ötzi yang diletakkan di etalase museum, Egger berhenti dan menatap mantelnya, yang terbuat dari potongan-potongan bulu kambing dan domba hitam dan cokelat.

“Hangat dan panjang, dan juga dibuat dengan sangat hati-hati. Tidak hanya fungsional, tetapi juga indah,” katanya.

Kapak Otzi di Museum Arkeologi Tirol Selatan, Bolzano, Trentino-Alto Adige, Italia.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Kapak Ötzi di Museum Arkeologi Tirol Selatan, Bolzano, Trentino-Alto Adige, Italia.

Putzer menunjukkan desain sepatu Ötzi yang canggih.

“Ötzi mengenakan sepatu yang benar-benar cocok untuk pegunungan tinggi, dengan sol yang sangat kuat dan mencengkeram yang terbuat dari kulit beruang, dan diisi dengan jerami untuk menghangatkan tubuh.”

Bagian atasnya terbuat dari kulit rusa yang lentur. Menurut Putzer, alas kaki yang kokoh ini sangat berbeda dari alas kaki yang lebih ringan yang ditemukan di masyarakat dataran rendah pada masa itu di tempat-tempat seperti permukiman tepi danau Alpen, yang dikenal sebagai rumah panggung.

“Sepatu dari danau-danau itu pada dasarnya adalah sandal. Bahkan saat ini, hanya wisatawan yang mengenakan sandal seperti itu di pegunungan ini,” katanya.

Desain perlengkapan Alpen lainnya seperti sepatu salju dan kereta luncur juga tetap sama selama ratusan bahkan ribuan tahun, karena memang berfungsi.

“Bahkan saat itu, mereka tahu apa yang mereka butuhkan untuk melintasi punggung pegunungan Alpen ini, dan sudah dipersiapkan dengan baik.”

Baca juga:

Di museum di Bolzano, sepatu salju tertua di dunia, yang juga ditemukan di sepanjang perbatasan Italia-Austria, dipajang bersama benda-benda sehari-hari lainnya yang ditemukan di es. Salah satunya kereta luncur berusia berabad-abad. Semuanya memiliki desain yang mirip dengan sepatu salju masa kini.

Reitmaier mengatakan penemuan lain dari tempat lain di Pegunungan Alpen, seperti peralatan dan senjata dari Schnidejoch, menunjukkan pemahaman yang sama canggihnya tentang apa yang dibutuhkan untuk menaklukkan pegunungan.

“Mereka menggunakan kayu yang tepat untuk setiap tujuan, dan selalu menggunakan bahan terbaik. Sekarang kita menyebutnya berteknologi tinggi,” kata dia.

Bangsa Romawi yang ketakutan

Reitmaier mengatakan penemuan dari gletser bisa dibilang istimewa karena jasad dan benda yang ditemukan terawat dengan baik. Selain itu, orang-orang atau benda-benda yang ditemukan biasanya ada di sana di tengah tugas atau perjalanan di antara kehidupan sehari-hari mereka.

“Itu tidak seperti kuburan, yang isinya mencerminkan upacara penguburan. Sebaliknya, Ötzi dan yang lainnya direnggut dari kehidupan, dari kegiatan sehari-hari mereka. Itu seperti kapsul waktu, sangat berbeda dari sumber arkeologi lainnya,” jelas Reitmaier.

Benda-benda itu adalah “benda-benda yang tidak akan pernah kita temukan di lembah, karena benda-benda itu akan membusuk di sana seperti peralatan yang terbuat dari kayu, kulit, bulu, dan sebagainya”, katanya.

Sementara banyak dari benda-benda itu milik orang-orang yang menghabiskan seluruh hidup mereka di Pegunungan Alpen, yang lain terutama melihat pegunungan sebagai sesuatu yang harus dilintasi secepat mungkin – bangsa Romawi, misalnya.

“Bangsa Romawi menggambarkan pemandangan Alpen, betapa mengerikannya, tetapi mereka juga memuji keju dari Alpen, dan menulis bahwa rasanya lezat,” kata Putzer.

Namun, bangsa Romawi sebenarnya hanya menggunakan Alpen sebagai jalur penyeberangan, untuk perdagangan, dan untuk kampanye militer mereka di seluruh Eropa, tambahnya.

Sisa-sisa pemukiman militer Romawi telah ditemukan di pegunungan, pada ketinggian 2.200 m (7.200 kaki) di atas permukaan laut – dalam hal ini, bukan di gletser, tetapi hanya di lokasi tinggi yang menawarkan pemandangan strategis ke lembah-lembah di bawahnya.

Peta Kerajaan Romawi

Sumber gambar, Getty Images

“Bangsa Romawi tidak terlalu menyukai pegunungan tinggi,” ujar Reitmaier.

“Mereka dengan cepat membangun jaringan jalan yang kokoh, melintasi jalur utama, dan mereka meninggalkan beberapa jejak tempat persinggahan di pegunungan, tempat mereka berganti kuda – infrastruktur untuk kekaisaran, terutama.”

Mereka juga meninggalkan koin Romawi di tempat penyeberangan “demi perjalanan yang aman melalui Pegunungan Alpen.”

Penulis Romawi dengan gamblang menulis tentang medan Alpen yang penuh risiko, dan ancaman longsor dan batu, serta bahaya makan keju Alpen secara berlebihan.

Perempuan dengan sepatu aneh

Bukan hanya masa lalu yang paling dalam yang menawarkan misteri. Salah satu penemuan gletser yang paling membingungkan tidak setua yang lain.

Seorang perempuan muda dengan sepatu yang tidak serasi dan mantel pria, ditemukan di gletser Porchabella di Swiss, yang meninggal sekitar tahun 1685.

Dia memiliki kutu di rambutnya dan membawa sisir untuk mencoba mengatasinya. Meskipun detail peralatannya sangat jelas, identitasnya masih belum diketahui.

“Ketika kita membahas kisahnya, itu langsung menjadi sangat spekulatif,” kata Reitmaier.

“Kita tidak tahu apakah dia sendirian, atau bersama orang lain. Kita tidak tahu mengapa dia ada di sana. Dia cukup lengkap, dan saya yakin dia tahu bahwa dia akan pergi ke pegunungan tinggi.”

Dia bukan seorang penggembala dan lokasi itu membuatnya tidak mungkin bahwa dia sedang mencari binatang yang hilang.

Dia menunjukkan bahwa pada saat itu, Eropa baru saja hancur dan miskin akibat Perang Tiga Puluh Tahun, dan mungkin saja dia bermigrasi karena itu. Mungkin bersama sekelompok orang. Namun lagi-lagi, Reitmaier mengingatkan bahwa itu hanya spekulasi.

Ruang pribadi di rumah sakit

Ötzi mungkin akan terus mengungkap lebih banyak rahasia seiring penelitian terhadap tubuh dan barang-barang miliknya terus berlanjut.

Dia dipajang secara diam-diam, di balik jendela kecil di ruang pojok yang redup, sehingga pengunjung dapat memutuskan apakah mereka ingin melihatnya, atau hanya mengunjungi bagian utama museum.

Jika terjadi masalah di museum, dua sel penyimpanan dingin lainnya selalu siap sedia di kota, salah satunya di rumah sakit utama Bolzano, kata Egger.

Sementara itu, es yang pernah mengungkapnya semakin menyusut.

“Saya pertama kali mengunjungi situs tempat ia ditemukan pada tahun 1993, dan ketika Anda pergi ke sana hari ini, Anda melihat betapa besarnya gletser telah menyusut. Tidak perlu beberapa generasi untuk mendokumentasikannya, satu masa hidup sudah cukup untuk melihat perubahannya,” kata Putzer.

Meskipun penemuan ini sangat berharga, para arkeolog memperingatkan bahwa secara keseluruhan, gletser yang menghilang adalah berita buruk tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga bagi pemahaman kita tentang sejarah. Tanpa es, artefak akan segera hancur, kata Reitmaier.

Otzi

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Sosok Ötzi diwujudkan kembali oleh para peneliti.

“Ini seperti jika Anda membiarkan lemari es terbuka, dan kemudian pada suatu saat, daging beku di dalamnya membusuk, dan akhirnya, hilang,” kata dia.

“Itulah sebabnya kami benar-benar perlu menghimbau masyarakat, orang awam, yang pergi mendaki di Pegunungan Alpen, untuk memberi tahu kami jika mereka melihat temuan potensial, karena area ini sangat luas, dan kami tidak bisa memantau semuanya.”

Dia khawatir bahwa “arkeologi glasial mungkin akan menjadi bidang yang bertahan sangat singkat. Setelah es mencair, kita tidak akan memiliki arsip itu lagi di gletser”.

Sementara itu, setiap penemuan tetap penting.

“Kami perlu menyimpan sebanyak mungkin dan menjelaskan kepada orang-orang bahwa objek sekecil apa pun dapat menceritakan kisah yang menarik. Itulah pesan terpenting yang harus disampaikan: meskipun terlihat biasa dan tidak setua itu, sebenarnya objek itu bisa sangat mendebarkan, dan sangat, sangat tua,” kata dia.

Tinggalkan Balasan