Tradisi Melukat di Bali semakin populer bagi wisatawan, tapi mengapa warga Bali khawatir?

Sumber gambar, Getty Images
- Penulis, Claire Turrel
- Peranan, BBC Travel
Tradisi melukat di Bali menjadi tren di TikTok. Sebagian warga Bali mengapresiasi hal ini, tetapi tidak sedikit yang khawatir kesucian ritual keagamaan mereka menjadi terganggu.
Meski usianya sudah berabad-abad, Pura Mengening yang terletak di dasar lembah Sungai Pakerisan dekat Ubud, Bali, sepertinya tidak banyak berubah.
Situs Warisan UNESCO yang sudah ada sejak abad ke-11 ini ditumbuhi lumut sehingga tampak menyatu dengan lingkungan sekitarnya.
Satu-satunya suara yang terdengar di dalam candi adalah gemericik air yang mengalir dari pancuran kuno ke kolam-kolam di bawahnya.
Akan tetapi, ada satu pemandangan yang cukup menarik perhatian: orang-orang dari negara-negara Barat berduyun-duyun memasuki kolam-kolam pura dengan mengenakan kain tradisional.
Akhir dari Artikel-artikel yang direkomendasikan
Dengan tekun, mereka menempatkan kepala di bawah pancuran air suci yang dingin demi membersihkan pikiran, tubuh, dan jiwa mereka.

Sumber gambar, Getty Images
Umat Hindu Bali meyakini upacara melukat dapat membantu seseorang dalam menemukan kedamaian batin. Tradisi ini meliputi rangkaian doa, pemberkatan dari pemuka agama, dan pembasuhan air suci.
Sejak berakhirnya pandemi, semakin banyak orang Barat yang terbang ke pulau Bali demi merasakan ritual kuno ini.
Para pengguna TikTok turut mendorong minat terhadap melukat. Klip-klip wisatawan yang mengikuti tradisi ini di berbagai pura atau air terjun yang disucikan menjadi populer di platform itu.
Hotel-hotel mewah menawarkan akses VIP ke mata air suci bagi tamu yang ingin menjalani melukat. Manajemen bahkan memfasilitasi tamu untuk menemui pemuka agama desa setempat di kediaman mereka.
Sejak pandemi, Hotel Intercontinental Bali Jimbaran melaporkan peningkatan jumlah tamu hingga 15 kali lipat. Kebanyakan dari mereka ingin melakukan Melukat.
Hotel Anantara Ubud yang baru dibuka juga memasukkan tradisi melukat dengan pemuka agama tinggi dalam paket wisata kesehatan.

BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

Melukat sendiri memiliki beberapa jenis dan masing-masing memiliki tujuan yang berbeda.
Upacara ini diyakini dapat menghilangkan kesialan, menyembuhkan penyakit, membantu kelancaran bisnis, dan mempersiapkan pengantin baru dalam pernikahan.
“Melukat atau Malukat berasal dari kata Sanskerta ‘lukat‘ yang berarti ‘bebas dari penderitaan’,” ujar Marlowe Bandem, kurator Museum Saka di Bali.
Bandema menjelaskan bahwa ritual ini dilakukan pada hari-hari baik seperti bulan purnama, bulan baru, atau ulang tahun Bali seseorang.
Ulang tahun Bali didasarkan pada kalender Bali dan jatuh setiap 210 hari.

Tips mengikuti tradisi Melukat secara bertanggung jawab:
Marlowe Bandem menyarankan wisatawan untuk mengunjungi pura dan berbicara dengan pemangku (pemuka agama) setempat.
- Bawalah bunga dan dupa.
- Anda dapat memberikan sumbangan sebagai ucapan terima kasih (pemandu dapat membantu Anda dalam hal ini).
- Ini adalah upacara keagamaan. Penting sekali untuk bersikap hormat.
- Kenakan sarung dan bagi perempuan jangan memasuki pura jika sedang menstruasi.
- Bawa pakaian ganti karena tradisi ini meliputi pembasuhan dengan air suci.
- Pilihlah pura yang lebih kecil dan jauh dari keramaian.

Melukat dapat dilakukan di kuil milik keluarga, pura, sungai atau pantai dengan kehadiran pemuka agama. Air suci melambangkan esensi kehidupan.
“Melukat meliputi persembahan, doa, bunyi lonceng yang lembut, dan asap dupa. Semua ini merupakan upaya memanjatkan doa ke surga,” ujar Bandem.
“Niat yang tulus dan hati yang murni tetap menjadi kunci dalam memenuhi ritual ini.”
Amanda Rollins, pembuat konten asal Amerika yang tinggal di Paris, mengaku tertarik untuk mengikuti melukat setelah melihat video di TikTok.
“[Video melukat yang saya saksikan] tampak sangat intens. Saya sadar ini akan menjadi pengalaman sekali seumur hidup,” tuturnya.
Rollins yang dikenal sebagai @americanfille di TikTok dan memiliki 1,3 juta pengikut menjalani upacara pembersihan di Tri Desna di Ubud. Dia membayar Rp 1.950.000 untuk ritual yang berlangsung selama 90 menit.
“Bagi saya, menjaga kesehatan mental dan spiritual sama saja seperti pergi ke pusat kebugaran atau menyikat gigi,” kata Rollins.
“Kalau mau sehat, kita harus mau keluar modal dan berusaha.”

Sumber gambar, Getty Images
Rollins tinggal di homestay yang dikelilingi oleh hutan selama kunjungannya di Ubud. Selama upacara, dia diberi pembacaan oleh seorang tabib. Dia kemudian diberkati dengan air suci.
Pembantu tabib kemudian mengucapkan sebuah mantra sementara sang penyembuh menuangkan air suci ke atas kepala Rollins.
Rollins diminta berteriak untuk membebaskan dirinya dari energi buruk.
Rollins menggambarkan pengalaman melukat baginya begitu intens dan otentik. Pada saat yang bersamaan, dia mengaku merasa “lebih ringan” setelah menjalaninya.
“Saya bukan orang yang sangat religius, tetapi melukat terasa seperti bentuk terapi,” katanya.
Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.
Klik di sini
Akhir dari Whatsapp
Terpisah, Andrea Elliott dari Houston, Texas, memiliki pengalaman serupa.
Elliot baru-baru ini diberhentikan dari pekerjaannya di bidang minyak dan gas yang ditekuninya selama 15 tahun. Dia kemudian mengalami apa yang disebutnya sebagai “momen Eat, Pray, Love”.
Elliot awalnya memesan liburan ke Bali untuk sekadar bersantai di pantai. Saat mencari-cari aktivitas lokal di Google, Elliot menemukan paket konsultasi dengan pemuka agama termasuk upacara pembersihan di sebuah pura berusia 1.000 tahun.
“Saya tidak yakin ke mana arah hidup nantinya. Saya membutuhkan semacam petunjuk,” kenang Elliot.
Bersama enam pengunjung lainnya, Elliot dipandu ke Candi Mengening yang dipenuhi mata air suci.
Setelah mengenakan kain dan menuruni tangga batu, Elliot memasuki kolam air suci yang setinggi pinggangnya untuk mengikuti ritual.
Elliot mengaku dirinya menjadi sangat emosional saat menjalankan Melukat.
“Saya mulai menangis. Saya merasa terbebas,” ujarnya.

Sumber gambar, Getty Images
Psikolog klinis asal Inggris, Dr. Marianne Trent, menilai ritual seperti Melukat menawarkan struktur pelepasan emosi yang tidak dimiliki budaya Barat.
“[Melukat] membantu menghubungkan antara versi diri kita pada masa lalu dan yang sekarang. Ketika seseorang sedang menghadapi masa sulit, ini sangatlah penting,” kata Trent.
Elliott mengaku khawatir akan apropriasi budaya. Bagaimanapun, sambung dia, Melukat adalah upacara keagamaan,
“Saya ingin menghormati budaya setempat sebisa mungkin,” katanya.
“Saya ingin mendapat bimbingan penduduk dan diterima oleh mereka.”

Sumber gambar, Getty Images
Salah tempat di Pulau Dewata yang sering dikunjungi mereka yang ingin mencari ketentraman batin adalah Ubud yang terletak di Gianyar.
Ubud secara harfiah berarti “obat” dan kota ini dipenuhi berbagai pusat kesehatan seperti rumah yoga.
Salah satu destinasi populer dekat Ubud adalah Pura Tirta Empul yang berusia 1.000 tahun dan sudah menjadi situs Warisan Dunia UNESCO.
Pura yang terletak di Kecamatan Tampaksiring memiliki tiga kolam suci. Berbagai wisatawan yang ingin membersihkan diri mereka dari energi negatif marak memenuhi pura ini.
Dewa Gede Bawa, seorang guru yoga di Ubud, mengatakan jumlah wisatawan yang datang ke kota kelahirannya untuk menjalani Melukat meningkat secara pesat.
“Setelah masa pandemi, banyak orang ingin berwisata sekaligus menyembuhkan diri. [Setelah terjebak] di rumah selama beberapa bulan, orang-orang mengalami depresi. Itu sebabnya mereka datang ke tempat seperti Bali untuk terhubung kembali [dengan] diri mereka sendiri.”

Sumber gambar, Getty Images
Gede menghargai peningkatan minat terhadap tradisi Bali ini.
Di sisi lain, dia berharap pihak-pihak yang berpartisipasi dalam Melukat tidak melupakan fakta bahwa ini adalah tradisi keagamaan.
“Selama empat atau lima tahun terakhir, [saya merasa] tradisi ini terlalu diekspos. Sejumlah [orang memperlakukannya] seperti tren [dan] itu membuat saya agak khawatir. Saya tidak mau keaslian makna Malukat menjadi hilang.”
Wisatawan diizinkan untuk mengikuti upacara Melukat selama mereka berpakaian sopan dengan sarung dan tidak sedang menstruasi.
Tidak sedikit pengunjung yang tidak menghargai tradisi ini. Contohnya adalah sebuah klip yang viral di media sosial memperlihatkan seorang turis pria yang mengikuti Melukat di Pura Tirta Empul tanpa mengenakan sarung.

Sumber gambar, Getty Images
Gede mengatakan bahwa orang Bali perlu bijaksana dalam membagikan pengetahuan mereka.
“Ini adalah tantangan yang kita hadapi sekarang apalagi setelah ekonomi terdampak pandemi. Banyak orang putus asa dan ingin memperoleh sesuatu dari kearifan atau budaya yang kita miliki. Akibatnya, mereka sering lupa bahwa ada aturan yang harus kita jaga.”
Bandem menganjurkan kepada siapa pun yang ingin menjalankan Melukat agar mencari bimbingan dari pemangku agama untuk memastikan urutan ritual berakar pada tradisi.
Selain itu, Bandem mengingatkan kesungguhan dari Melukat bisa saja luntur apabila orang-orang terlalu mementingkan selfie alias swafoto serta aspek komersial lainnya.
“Malukat tidak dimaksudkan untuk menjadi tontonan yang megah. Malukat seharusnya terasa tulus, hormat, dan membumi secara spiritual. Siapa saja yang mengikuti [Malukat] semestinya merasa jernih di hati setelah ritual usai,” kata Bandem.
Versi bahasa Inggris artikel ini dengan judul ‘Like a form of therapy’: An ancient water wellness practice to cleanse mind, body and soul dapat Anda baca di BBC Travel.